Eksekutif Global Serukan Percepatan Transisi Energi Terbarukan, Desak Pemerintah Tinggalkan Bahan Bakar Fosil
Gelombang dukungan untuk transisi energi bersih semakin menguat di kalangan pemimpin bisnis global. Sebuah laporan terbaru mengungkap bahwa mayoritas eksekutif perusahaan di berbagai belahan dunia mendesak pemerintah untuk mengambil langkah-langkah drastis dalam mempercepat penghentian penggunaan bahan bakar fosil dan beralih ke sistem kelistrikan yang sepenuhnya berbasis energi terbarukan.
Laporan tersebut, yang mengumpulkan pandangan dari para pemimpin perusahaan di 15 pasar global, menemukan bahwa lebih dari 97% eksekutif percaya bahwa pemerintah harus memprioritaskan transisi energi terbarukan. Sentimen ini didorong oleh kesadaran bahwa energi terbarukan bukan hanya pilihan yang bertanggung jawab secara lingkungan, tetapi juga langkah bisnis yang cerdas.
Para pemimpin perusahaan melihat transisi ke energi terbarukan sebagai cara untuk meningkatkan keamanan energi, mengurangi ketergantungan pada fluktuasi harga bahan bakar fosil, dan meningkatkan profitabilitas. Banyak yang percaya bahwa negara mereka harus mencapai transisi penuh ke listrik terbarukan pada tahun 2035.
Lebih dari sekadar menyerukan tindakan pemerintah, banyak perusahaan secara aktif mengambil langkah-langkah untuk mengurangi jejak karbon mereka sendiri. Lebih dari 70% pemimpin perusahaan menyatakan bahwa mereka memiliki rencana untuk menghentikan penggunaan listrik yang berasal dari bahan bakar fosil dalam sepuluh tahun ke depan.
Investasi dalam pembangkit listrik energi terbarukan di lokasi perusahaan juga menjadi tren yang berkembang. Hampir semua pemimpin perusahaan sedang mempertimbangkan untuk memasang panel surya atau teknologi energi terbarukan lainnya di fasilitas mereka. Separuh dari mereka bahkan berharap untuk menyelesaikan investasi ini dalam lima tahun ke depan.
Namun, transisi ke energi terbarukan tidak tanpa tantangan. Biaya awal yang tinggi, infrastruktur energi terbarukan yang tidak memadai, dan ketidakpastian kebijakan merupakan hambatan utama yang memperlambat kemajuan. Para pemimpin perusahaan menekankan perlunya dukungan keuangan, program pelatihan ulang untuk pekerja bahan bakar fosil, dan pengalihan subsidi dari bahan bakar fosil ke energi bersih untuk mengatasi tantangan ini.
Para pemimpin perusahaan ini melihat energi terbarukan sebagai solusi untuk mengurangi risiko geopolitik yang terkait dengan ketergantungan pada bahan bakar fosil impor, serta mengurangi biaya energi secara keseluruhan. Dengan energi terbarukan yang semakin kompetitif dengan bahan bakar fosil dalam hal biaya, transisi ke energi bersih menjadi semakin menarik dari sudut pandang ekonomi.