Reaktivasi Jalur KA Banjar-Pangandaran: Tiga Terowongan Bersejarah Siap Sambut Kereta Api
Kabar gembira bagi pecinta sejarah perkeretaapian dan masyarakat Pangandaran! Jalur kereta api yang menghubungkan Banjar dan Pangandaran, sepanjang 82 kilometer, tengah dipersiapkan untuk kembali beroperasi. Reaktivasi jalur ini bukan hanya sekadar menghidupkan kembali transportasi, tetapi juga membangkitkan memori akan tiga terowongan kereta api legendaris yang menjadi saksi bisu perkembangan wilayah ini.
Ketiga terowongan tersebut, yaitu Terowongan Hendrik, Wilhelmina, dan Juliana, tersebar di berbagai desa di Kabupaten Pangandaran. Masing-masing terowongan memiliki keunikan dan sejarahnya tersendiri. Meskipun telah berusia lebih dari satu abad, struktur bangunan terowongan masih berdiri kokoh, meski beberapa bagian memerlukan perbaikan untuk memastikan keamanan dan kelancaran operasional kereta api.
Menjelajahi Tiga Terowongan Ikonik
-
Terowongan Hendrik: Terletak di Desa Kalipucang, terowongan ini membentang sepanjang 106 meter dari utara ke selatan. Dengan tinggi 5 meter dan lebar 4 meter, Terowongan Hendrik memiliki konstruksi unik pada mulut bagian selatannya, menggunakan batu kali hingga setinggi 2,5 meter. Langit-langit terowongan terbuat dari beton cor, dengan bekas bekisting pengecoran yang masih terlihat. Saluran drainase di kedua sisi terowongan, dengan lebar dan kedalaman masing-masing 20 cm, menunjukkan perhatian pada detail dalam pembangunannya. Terowongan ini dibangun menembus perbukitan berbatuan breksi, menambah nilai geologis dan historisnya.
-
Terowongan Wilhelmina: Terowongan terpanjang di Indonesia ini membentang sepanjang 1.116 meter di Desa Bagolo, Kecamatan Kalipucang. Lantainya berupa tanah yang mengeras dan dipenuhi batu koral. Mulut terowongan menghadap timur laut dan barat daya, dengan lebar 4 meter dan tinggi 4,5 meter. Bentuknya yang lurus memungkinkan cahaya dari ujung lain terlihat dari pintu masuk, menciptakan pemandangan yang menakjubkan bagi siapa pun yang melintasinya.
-
Terowongan Juliana: Terowongan ini terletak di Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, dan memiliki panjang 147 meter. Keunikan Terowongan Juliana terletak pada bentuknya yang berbelok di bagian tengah, sehingga ujungnya tidak dapat langsung terlihat dari pintu masuk. Mulut pertama terowongan menghadap ke selatan, sementara mulut kedua mengarah ke barat laut (330°). Struktur mulut terowongan berbentuk setengah lingkaran di bagian atas dan persegi di bagian bawah, dibangun dengan batu yang diplester halus, menunjukkan keindahan arsitektur pada masanya.
Reaktivasi jalur kereta api Banjar-Pangandaran dan revitalisasi ketiga terowongan legendaris ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pariwisata dan perekonomian wilayah Pangandaran. Para wisatawan akan memiliki alternatif transportasi yang menarik untuk menjelajahi keindahan alam dan sejarah Pangandaran. Selain itu, reaktivasi ini juga akan membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat setempat.