Peringatan Holocaust: Netanyahu Mengutuk Hamas sebagai 'Nazi' di Tengah Seruan Pembebasan Sandera

Peringatan tahunan Holocaust, yang diperingati secara global oleh Israel dan komunitas Yahudi, dimulai dengan upacara khidmat di Yad Vashem, Yerusalem, pada Rabu malam. Acara ini berlangsung di tengah konflik yang berkecamuk di Gaza dan potensi krisis politik di Israel.

Upacara tersebut dihadiri oleh pejabat pemerintah Israel, duta besar dari berbagai negara, dan para penyintas Holocaust. Peringatan ini berbeda dengan Hari Peringatan Holocaust Internasional yang jatuh pada 27 Januari, tanggal pembebasan kamp konsentrasi Auschwitz-Birkenau. Israel dan diaspora Yahudi memperingati pada 27 Nissan dalam kalender Ibrani, bertepatan dengan awal Pemberontakan Ghetto Warsawa pada April 1943.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang tiba terlambat karena alasan keamanan, kembali membuat perbandingan antara Hamas dan Nazi. Dia menyebut Hamas memiliki tujuan yang sama dengan Nazi, yaitu genosida terhadap orang Yahudi. "Mereka ingin membunuh dan memusnahkan semua orang Yahudi," tegas Netanyahu, seraya menambahkan bahwa Hamas secara terbuka menyatakan niatnya untuk menghancurkan negara Yahudi.

Namun, pernyataan Netanyahu ini bertentangan dengan seruan Kepala Yad Vashem, Dani Dayan, yang meminta untuk tidak membandingkan serangan 7 Oktober dengan Holocaust. Dayan berpendapat bahwa perbandingan semacam itu meremehkan signifikansi masing-masing peristiwa.

Dalam upacara tersebut, beberapa sandera yang dibebaskan dari tawanan Hamas di Gaza juga hadir. Selain itu, penyintas Holocaust dan keluarga sandera yang masih ditahan oleh Hamas di Gaza, ikut serta dalam "March of the Living" di Polandia, sebuah acara tahunan untuk mengenang perjalanan kematian para korban Holocaust dari Auschwitz ke Birkenau.

Momen emosional terjadi ketika Gad Fartouk, seorang penyintas Holocaust kelahiran Tunisia berusia 93 tahun, melanggar protokol selama upacara di Yerusalem. Saat menyalakan salah satu dari enam obor sebagai penghormatan kepada para korban Holocaust, Fartouk menyerukan pembebasan para sandera yang masih ditawan di Gaza. Dia mengungkapkan kepada media Israel bahwa dia merasa terpanggil untuk menyebutkan nasib 59 sandera, yang sekitar 20 di antaranya diyakini masih hidup, yang masih ditahan oleh Hamas.