Polemik Study Tour ke Bali, SMK di Bekasi Batalkan Perjalanan dan Kembalikan Dana Siswa
Polemik rencana study tour ke Bali yang melibatkan SMK Karya Pembaharuan di Kabupaten Bekasi akhirnya menemui titik terang. Pihak sekolah memutuskan untuk membatalkan perjalanan tersebut dan akan mengembalikan seluruh iuran yang telah dikumpulkan dari wali murid.
Keputusan ini diambil setelah adanya teguran dari berbagai pihak, termasuk Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah III Jawa Barat. Kepala SMK Karya Pembaharuan, Ahmad Tetuko Taqiyudin, menyatakan bahwa pengembalian iuran akan dilakukan bersamaan dengan pembagian ijazah kelulusan siswa angkatan 2022/2023.
Dana yang terkumpul dari 179 siswa kelas 12 mencapai sekitar Rp 500 juta, hasil dari iuran bulanan sebesar Rp 100.000 sejak awal tahun ajaran 2022/2023. Namun, sebagian dana telah digunakan untuk pemesanan kamar hotel, bus, seragam perpisahan, dan konsumsi. "Total uang yang buat booking ratusan juta," jelas Tetuko.
Sebelumnya, keluhan mengenai biaya study tour yang mencapai Rp 5-6 juta per siswa ini sampai ke telinga Dedi Mulyadi, seorang tokoh masyarakat. Seorang ibu mengadukan masalah ini kepada Dedi saat ia berkunjung ke Bekasi. Ibu tersebut mengungkapkan bahwa selain iuran study tour, orang tua juga dibebani dengan SPP sebesar Rp 150.000 per bulan, sehingga total pengeluaran mencapai Rp 300.000 per bulan.
Dedi Mulyadi merespons keluhan tersebut dengan meminta SMK Karya Pembaharuan untuk segera menghentikan rencana perjalanan ke Bali. Ia bahkan mengancam akan mengambil tindakan tegas terhadap yayasan sekolah jika permintaan tersebut tidak diindahkan. Dedi kemudian berjanji akan menghubungi Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat untuk menindaklanjuti masalah ini.
Menanggapi pembatalan study tour ini, pihak sekolah menyatakan akan mempertimbangkan untuk mengadakan acara perpisahan secara internal di lingkungan sekolah.
Tradisi perpisahan di luar kota, seperti Bali dan Yogyakarta, sebenarnya sudah berlangsung beberapa tahun di SMK Karya Pembaharuan. Kegiatan ini dianggap sebagai kenang-kenangan bagi siswa setelah menempuh pendidikan selama tiga tahun. "Untuk ke Bali baru sekali tahun kemarin, sebelumnya perpisahannya di Jogja," ujar Tetuko.