BMKG Pantau Bibit Siklon Tropis 98S di Samudra Hindia: Potensi Hujan Lebat dan Gelombang Tinggi di Beberapa Wilayah

BMKG Pantau Bibit Siklon Tropis 98S: Ancaman Hujan Lebat dan Gelombang Tinggi

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan telah mendeteksi pembentukan bibit siklon tropis 98S di wilayah Samudra Hindia, tepatnya di sebelah barat Bengkulu, sejak tanggal 6 Maret 2025 pukul 07.00 WIB. Berdasarkan pengamatan, bibit siklon ini tercatat memiliki kecepatan angin maksimum 15 knot (28 km/jam) dan tekanan minimum 1006 hPa. BMKG menekankan perlunya kewaspadaan tinggi terhadap potensi perkembangan siklon ini dan dampaknya terhadap kondisi cuaca dan perairan di Indonesia.

Potensi Perkembangan dan Dampak Bibit Siklon Tropis 98S

Prediksi BMKG menunjukkan potensi perkembangan bibit siklon tropis 98S menjadi siklon tropis kategori rendah hingga sedang dalam kurun waktu 24 jam mendatang. Sementara itu, peluang peningkatan intensitas menjadi siklon tropis kategori sedang hingga tinggi diperkirakan terjadi dalam 48 hingga 72 jam ke depan. Perkembangan ini berpotensi menimbulkan dampak signifikan terhadap beberapa wilayah di Indonesia.

Dampak yang diantisipasi meliputi:

  • Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat: Wilayah Bengkulu dan Lampung diprediksi akan mengalami curah hujan yang signifikan, meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor.
  • Gelombang laut tinggi: Perairan di sekitar wilayah barat Aceh, Samudra Hindia barat Aceh, dan perairan selatan Jawa Barat-Bali diprakirakan akan mengalami gelombang laut setinggi 1,25 hingga 2,5 meter. Kondisi ini berpotensi mengganggu aktivitas pelayaran dan perikanan. Gelombang dengan ketinggian yang lebih signifikan, yaitu 2,5 hingga 4 meter, diperkirakan terjadi di perairan barat Kepulauan Nias hingga Lampung, Samudra Hindia barat Kepulauan Nias hingga Lampung, Samudra Hindia selatan Jawa, perairan selatan Banten, dan Samudra Hindia selatan Banten. Masyarakat di pesisir pantai dihimbau untuk meningkatkan kewaspadaan.

Sejarah Siklon Tropis dan Mitigasi Bencana

Meskipun Indonesia secara geografis jarang dilintasi siklon tropis dikarenakan pengaruh gaya Coriolis yang lemah di dekat garis khatulistiwa, dampak tidak langsung dari sistem cuaca ekstrem di wilayah sekitar tetap perlu diwaspadai. Indonesia telah mengalami dampak negatif dari siklon tropis sebelumnya, seperti yang terlihat pada peristiwa Siklon Tropis Anggrek di Bengkulu pada tahun 2024 yang mengakibatkan banjir dan tanah longsor, serta Siklon Seroja di Nusa Tenggara Timur pada tahun 2021 yang menelan korban jiwa dan kerugian material yang sangat besar. Siklon Seroja mengakibatkan 182 orang meninggal dunia, 47 orang hilang, dan 84.878 warga mengungsi.

Mengantisipasi potensi dampak negatif dari perkembangan bibit siklon tropis 98S, BMKG dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat merekomendasikan langkah-langkah mitigasi berikut:

  • Pemantauan informasi terkini: Masyarakat diimbau untuk secara aktif memantau informasi cuaca dan peringatan dini dari BMKG dan BPBD melalui berbagai saluran resmi.
  • Pemangkasan pohon: Pemangkasan cabang-cabang pohon yang rapuh di sekitar rumah sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko kerusakan akibat angin kencang.
  • Evakuasi segera: Jika terjadi peningkatan curah hujan secara drastis atau adanya instruksi evakuasi dari BPBD, masyarakat di daerah rawan bencana dihimbau untuk segera mengikuti arahan yang diberikan.

Kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat sangat penting untuk meminimalisir risiko dampak negatif dari potensi perkembangan siklon tropis 98S. Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat menjadi kunci dalam menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi.