MPR Dorong Al-Washliyah Perkokoh Fondasi Akhlak Bangsa Demi Indonesia Emas

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia menyoroti peran krusial organisasi Islam Al Jam'iyatul Washliyah (Al-Washliyah) dalam memperkuat moralitas bangsa sebagai landasan menuju cita-cita Indonesia Emas 2045. Penegasan ini disampaikan mengingat sejarah panjang Al-Washliyah sejak didirikan pada November 1930 oleh para santri yang berdedikasi pada perjuangan Islam dan kemerdekaan Indonesia.

Ketua MPR RI, Ahmad Muzani, menggarisbawahi bahwa kontribusi Al-Washliyah melampaui penguatan iman umat Muslim, mencakup pula peran aktif dalam pembangunan nasional. Bahkan, lembaga pendidikan yang dikelola Al-Washliyah membuka pintu bagi siswa dari berbagai latar belakang agama, mencerminkan komitmen terhadap inklusivitas dan persatuan.

"Para pendiri Al-Washliyah menyadari betul kebutuhan Nusantara akan pendidikan, dakwah yang konstruktif, dan kepedulian sosial yang nyata. Ketiga pilar inilah yang menjadi fondasi gerakan Al-Washliyah," ungkap Muzani saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II dan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Al Jam'iyatul Washliyah di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Jakarta. Acara tersebut mengusung tema sentral 'Penguatan Perbaikan Akhlak Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045'.

Muzani menekankan bahwa Al-Washliyah menjalankan peran ganda, yakni memperkuat nilai-nilai agama sekaligus memperkokoh rasa kebangsaan. Menurutnya, agama yang kuat tidak seharusnya menjadi penghalang bagi kemajuan bangsa, melainkan sebaliknya, bangsa yang kuat akan menjadi pelindung dan pendukung agama. Prinsip inilah yang dipegang teguh oleh para pejuang Al-Washliyah.

"Dalam kerangka Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, Al-Washliyah dan Pancasila tidak pernah bertentangan. Keduanya justru berjalan seiringan. Indonesia dan Pancasila tidak akan terganggu oleh penguatan iman, bahkan semakin kokoh karena iman yang kuat menjadi landasan moral bangsa," jelasnya.

Lebih lanjut, Muzani mengingatkan tentang kompleksitas tantangan zaman, terutama merebaknya mentalitas instan di kalangan generasi muda. Ia menyayangkan fenomena di mana banyak anak muda menginginkan kesuksesan tanpa melalui proses yang seharusnya.

Menurutnya, kondisi ini merupakan indikasi masalah yang perlu segera diatasi. Ia mencontohkan, banyak anak muda ingin pintar tanpa belajar, ingin kaya tanpa bekerja keras, atau bahkan bercita-cita menjadi dokter tanpa menempuh pendidikan kedokteran.

"Di bidang politik, kita saksikan ada orang yang belum pernah berinteraksi langsung dengan masyarakat, namun tiba-tiba dilantik menjadi anggota DPR. Inilah tantangan besar bagi kita sebagai alim ulama, kiai, dan guru bangsa. Kita tidak boleh menyerah dan kehilangan kekuatan moral. Korupsi, misalnya, lahir dari keinginan instan untuk menjadi kaya tanpa proses yang benar. Padahal, kesuksesan sejati tidak mungkin diraih tanpa melalui proses," tegasnya.

Ia juga memberikan apresiasi tinggi kepada para dai Al-Washliyah yang bekerja dengan tulus ikhlas meskipun dengan imbalan yang minim. Menurutnya, para dai Al-Washliyah juga menjadi garda terdepan dalam membentengi masyarakat dari pengaruh paham-paham sesat dan radikalisme.

Menutup sambutannya, Muzani mengajak Al-Washliyah untuk berpartisipasi aktif dalam program-program strategis pemerintahan Presiden Prabowo, seperti program makan siang gratis untuk anak-anak dan pendirian Sekolah Rakyat di 200 kabupaten.

Ia juga menyinggung kebijakan penghapusan utang bagi petani, nelayan, dan pelaku UMKM yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47, serta keberhasilan pemerintah dalam memperbaiki distribusi pupuk dan menaikkan harga gabah.

"Kami berharap Al-Washliyah dapat berpartisipasi dalam program-program ini agar manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat luas," pungkasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Pengurus Besar Al Jam'iyatul Washliyah, Dr. H. Masyhuril Khamis, SH, MM, menyampaikan bahwa Rapimnas dan Rakernas kali ini memberikan fokus pada penguatan dakwah, terutama di wilayah-wilayah terpencil.

Dakwah Al-Washliyah telah merambah ke daerah-daerah pelosok seperti Tanah Karo, Tanah Batak, Nias, hingga Kalimantan dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Di NTT, organisasi ini tengah membangun sebuah masjid di atas gunung, sebagai respon terhadap kebutuhan komunitas Muslim setempat yang belum memiliki tempat ibadah.

"Yang luar biasa, tanah untuk pembangunan masjid ini diwakafkan oleh tokoh adat non-Muslim. Ini adalah bukti nyata semangat toleransi dan kerukunan antar umat beragama," ujarnya.

Masyhuril Khamis juga menekankan pentingnya dakwah yang mengedepankan kasih sayang dan perdamaian.

"Dakwah kita ke depan harus menjadi dakwah marhamah, dakwah yang penuh kasih dan damai," tegasnya.

Selain itu, Al Jam'iyatul Washliyah juga menyampaikan pernyataan sikap terkait kesediaan Presiden Prabowo Subianto untuk menampung sementara 1.000 warga Gaza. Pernyataan ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PB Al Jam'iyatul Washliyah, Arman Arifin. Al-Washliyah mendukung rencana tersebut sebagai wujud kepedulian dan empati pemerintah Indonesia terhadap rakyat Palestina. Gagasan ini dinilai positif selama tidak mengurangi semangat perjuangan rakyat Palestina dan bersifat sementara. Al-Washliyah juga mendorong pemerintah Indonesia untuk aktif menyelesaikan persoalan internasional, termasuk menjaga keutuhan dan eksistensi negara Palestina yang merdeka dan berdaulat. Sebagai bentuk dukungan, Al-Washliyah telah menyiapkan sekolah madrasah, panti asuhan, dan perguruan tinggi untuk menampung serta mendidik anak-anak Palestina.

Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed, Duta Besar Palestina untuk Indonesia Dr. Zuhair Al-Shun, para pimpinan Al-Washliyah dari seluruh provinsi di Indonesia, serta perwakilan dari berbagai lembaga keislaman dan pemerintahan. Melalui forum nasional ini, Al Jam'iyatul Washliyah menegaskan komitmennya sebagai pilar umat yang siap menjadi mitra strategis pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan cita-cita luhur Indonesia Emas 2045.