Paus Fransiskus: Kenangan Akan Dialog Lintas Agama dan Pembelaan Kaum Tertindas
Meninggalnya Paus Fransiskus pada tanggal 21 April 2024, di usia 88 tahun, telah menyisakan duka mendalam di seluruh dunia. Sosok pemimpin tertinggi umat Katolik ini dikenang bukan hanya karena posisinya, tetapi juga karena dedikasinya yang tak kenal lelah dalam menyebarkan pesan perdamaian, toleransi, dan pembelaan terhadap kemanusiaan, terutama bagi mereka yang terpinggirkan.
Dr. Dicky Sofjan, seorang dosen di Program Doktor Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (SPs UGM), berbagi kenangannya tentang Paus Fransiskus. Pertemuannya dengan Paus dalam sebuah konferensi yang diorganisir oleh gerakan sosial keagamaan Focolare pada pertengahan tahun 2024, memberikan kesan mendalam tentang komitmen Paus terhadap dialog antar agama.
"Hal yang paling membekas bagi saya adalah kepedulian dan keterbukaan beliau terhadap komunitas di luar Katolik, terutama umat Muslim," ungkap Dr. Sofjan. Pendekatan inklusif ini tercermin dalam berbagai tindakan dan inisiatif yang diambil Paus Fransiskus selama masa kepemimpinannya.
Salah satu bukti nyata dari komitmen Paus Fransiskus terhadap persaudaraan antar agama adalah kunjungannya ke berbagai negara mayoritas Muslim di seluruh dunia. Dari Timur Tengah hingga Afrika Utara, Asia, termasuk Indonesia, Paus Fransiskus berupaya membangun jembatan pemahaman dan kerja sama antara umat Katolik dan Muslim.
Selain itu, Dr. Sofjan menyoroti pentingnya Dokumen Persaudaraan (Fraternity Document) yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Grand Syaikh dari Al-Azhar, Mesir, pada tahun 2019. Dokumen ini menjadi simbol kuat dalam upaya membangun kerja sama lintas agama untuk mengatasi berbagai tantangan global, seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan konflik.
Kepedulian Paus Fransiskus juga tertuju pada kaum miskin dan tertindas di seluruh dunia. Ia tanpa lelah membela hak-hak mereka dan menyerukan keadilan bagi semua. Perhatian khusus Paus Fransiskus terhadap penderitaan rakyat Palestina, tercermin dalam kecamannya terhadap agresi Israel dan dukungannya yang konsisten terhadap solusi damai untuk konflik tersebut.
"Beliau bahkan secara rutin menelepon pemimpin Katolik di Gaza selama perang untuk memastikan kondisi komunitas di sana apakah aman," kata Dr. Sofjan, menggambarkan betapa besar perhatian Paus Fransiskus terhadap kesejahteraan mereka yang hidup dalam situasi sulit.
Kepergian Paus Fransiskus merupakan kehilangan besar bagi dunia. Namun, warisan perdamaian, toleransi, dan pembelaan terhadap kemanusiaan yang ditinggalkannya akan terus menginspirasi dan membimbing banyak orang untuk bekerja menuju dunia yang lebih adil dan damai. Ia telah memberikan contoh nyata tentang bagaimana seorang pemimpin spiritual dapat berperan aktif dalam membangun jembatan pemahaman antar agama dan membela hak-hak mereka yang terpinggirkan.
Nilai-nilai yang diperjuangkan Paus Fransiskus akan terus hidup dalam hati dan pikiran mereka yang terinspirasi olehnya. Semangat dialog, persaudaraan, dan pembelaan terhadap kaum tertindas adalah warisan abadi yang akan terus relevan dalam menghadapi tantangan-tantangan global di masa depan.
- Kunjungan ke negara mayoritas Muslim
- Dokumen Persaudaraan
- Pembelaan terhadap Palestina
- Perhatian pada kaum miskin dan tertindas