Strategi Jitu Tiongkok Menghadapi Tekanan Perdagangan dari Amerika Serikat

Persaingan ekonomi antara Tiongkok dan Amerika Serikat semakin intensif. Tiongkok, sebagai respons, telah menyiapkan serangkaian strategi untuk menghadapi kebijakan tarif yang diberlakukan oleh AS.

Ketika ekspor Tiongkok ke AS dikenakan tarif yang signifikan, Beijing membalas dengan mengenakan tarif impor terhadap produk-produk dari Amerika. Situasi ini menciptakan ketidakpastian bagi konsumen, bisnis, dan pasar global, serta meningkatkan kekhawatiran akan potensi resesi. Presiden Xi Jinping menegaskan kesediaan untuk berdialog, namun juga memperingatkan bahwa Tiongkok siap membela kepentingannya.

Berikut adalah beberapa strategi utama yang diandalkan Tiongkok:

  • Memaksimalkan Pasar Domestik: Dengan populasi yang besar, Tiongkok berupaya mengalihkan fokus penjualan produk-produk ekspor ke pasar domestik. Meskipun menghadapi tantangan penurunan konsumsi, pemerintah Tiongkok menerapkan berbagai insentif, seperti subsidi untuk peralatan rumah tangga dan transportasi, guna mendorong belanja konsumen.
  • Memanfaatkan Nasionalisme: Partai Komunis Tiongkok menggunakan sentimen nasionalisme untuk membenarkan sikapnya terhadap AS dan menerapkan tarif balasan. Media pemerintah menyerukan persatuan dan ketahanan dalam menghadapi tantangan ekonomi.
  • Investasi Teknologi Dalam Negeri: Tiongkok menginvestasikan sumber daya yang besar dalam pengembangan teknologi dalam negeri, termasuk energi terbarukan, chip, dan kecerdasan buatan (AI). Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi asing dan meningkatkan daya saing global.
  • Ketahanan Rantai Pasokan: Perusahaan-perusahaan AS mengalami kesulitan dalam memindahkan rantai pasokan mereka dari Tiongkok karena infrastruktur dan tenaga kerja terampil yang telah mapan di negara tersebut. Keahlian rantai pasokan yang tak tertandingi dan dukungan pemerintah menjadikan Tiongkok sebagai pemain yang kuat dalam perang dagang.
  • Inisiatif Sabuk dan Jalan: Tiongkok menginvestasikan miliaran dolar dalam program perdagangan dan infrastruktur yang dikenal sebagai Inisiatif Sabuk dan Jalan. Program ini bertujuan untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara berkembang di belahan selatan dan memperluas jangkauan ekonomi Tiongkok.

Selain strategi-strategi tersebut, Tiongkok juga memahami kelemahan yang dimiliki AS. Fluktuasi di pasar obligasi AS, misalnya, dapat memengaruhi kebijakan perdagangan. Tiongkok juga memiliki cadangan obligasi pemerintah AS yang signifikan, meskipun para ahli memperingatkan bahwa penggunaan obligasi ini sebagai "senjata" dapat merugikan Tiongkok sendiri.

Salah satu aset penting yang dimiliki Tiongkok adalah kontrol atas unsur tanah jarang, yang penting untuk manufaktur teknologi canggih. Tiongkok memiliki cadangan dan kapasitas pemurnian unsur tanah jarang yang besar. Pembatasan ekspor unsur-unsur ini dapat mengganggu rantai pasokan global dan berdampak signifikan pada industri-industri penting, termasuk pertahanan.

Secara keseluruhan, Tiongkok telah mempersiapkan diri dengan matang untuk menghadapi tekanan perdagangan dari AS. Kombinasi antara kekuatan ekonomi domestik, investasi teknologi, inisiatif geopolitik, dan kontrol atas sumber daya strategis memberikan Tiongkok posisi yang kuat dalam negosiasi dan persaingan global.