Indonesia Intensifkan Negosiasi Tarif dengan AS di Tengah Kemajuan Kemitraan Dagang Korea Selatan-AS

Pemerintah Indonesia meningkatkan upaya diplomasi ekonomi dengan Amerika Serikat (AS) terkait kebijakan tarif resiprokal yang dikenakan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump. Langkah ini diwujudkan melalui pertemuan antara delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu dengan US Secretary of Treasury, Scott Bessent, di Washington pada Kamis, 24 April 2025.

Sri Mulyani Indrawati melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, menyatakan bahwa pertemuan tersebut merupakan bagian dari strategi negosiasi Indonesia untuk mengatasi dampak tarif AS terhadap ekspor nasional. Pemerintah Indonesia berharap agar dialog konstruktif ini dapat menghasilkan solusi yang adil dan saling menguntungkan bagi kedua negara.

"Pertemuan dengan Secretary Scott Bessent bersama Pak Menko Airlangga dan Mari membahas dinamika kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat," tulis Sri Mulyani.

Lebih lanjut, Sri Mulyani menekankan pentingnya kerja sama yang adil dan konstruktif antara Indonesia dan Amerika Serikat, mengingat potensi dampak kebijakan tarif terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah meyakini bahwa melalui diskusi dan negosiasi, solusi terbaik dapat dicapai untuk kepentingan bersama.

Di sisi lain, pada hari yang sama, negosiasi antara Korea Selatan dan Amerika Serikat menunjukkan perkembangan positif. Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengindikasikan bahwa kedua negara berpotensi mencapai kesepakatan perdagangan dalam waktu dekat, sebelum masa penangguhan tarif berakhir pada Juli 2025.

Pernyataan Bessent tersebut muncul setelah pertemuan antara delegasi AS yang terdiri dari dirinya dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer dengan Menteri Keuangan Korea Selatan Choi Sang-mok dan Menteri Industri Ahn Duk-geun. Bessent mengungkapkan bahwa pembicaraan teknis akan segera dimulai.

"Kami mungkin bergerak lebih cepat dari yang saya kira, dan kami akan membicarakan istilah teknis paling cepat minggu depan," ujar Bessent seperti dikutip dari Reuters.

Meski detail kesepakatan belum diungkapkan secara rinci, Korea Selatan sebelumnya telah mengajukan permohonan pengecualian dari tarif timbal balik dan tarif khusus AS dengan menawarkan kerja sama di sektor pembuatan kapal, energi, dan upaya mengatasi ketidakseimbangan perdagangan.

Menteri Keuangan Korea Selatan Choi Sang-mok menyampaikan bahwa AS dan Korea Selatan telah sepakat untuk melanjutkan pembicaraan pada 15-16 Mei di Korea Selatan, dengan fokus pada empat bidang utama:

  • Tarif dan tindakan non-tarif
  • Keamanan ekonomi
  • Kerja sama investasi
  • Kebijakan mata uang

Choi juga menyoroti bahwa Korea Selatan memberikan perhatian khusus pada sektor otomotif yang menghadapi dampak negatif signifikan akibat tarif yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden Trump. Dalam pertemuan dengan wartawan Korea Selatan, Choi menegaskan bahwa isu biaya pertahanan tidak dibahas selama perundingan. Selain itu, Kementerian Keuangan Korea Selatan dan Departemen Keuangan AS akan mengadakan diskusi terpisah mengenai kebijakan mata uang atas permintaan Bessent.