Aksi Nekat Pencurian Pelat Besi di Kolong Tol Dekat JIS: Warga Resah, Aparat Kewalahan
Misteri Hilangnya Pelat Besi di Kolong Tol Dekat JIS: Keberanian di Siang Bolong dan Tantangan bagi Penegak Hukum
Di bawah jalan tol yang membentang dari Plumpang ke Pluit, tepat di sekitar kawasan Jakarta International Stadium (JIS) yang megah, terjadi sebuah fenomena yang mengkhawatirkan. Ratusan pelat besi yang sebelumnya berfungsi melindungi struktur beton kolong tol, kini menghilang secara misterius. Kehilangan ini bukan disebabkan oleh faktor alam, melainkan oleh tindakan pencurian yang dilakukan oleh oknum tidak bertanggung jawab.
Kejadian ini bukan sekadar tindak kriminal biasa. Lebih dari itu, ini adalah cerminan dari rasa aman yang semakin terkikis, penegakan hukum yang dipertanyakan, dan keresahan warga yang tinggal di bawah bayang-bayang jalan tol yang semakin rentan. Aksi pencurian ini dilakukan secara terang-terangan, bahkan di siang bolong, menunjukkan betapa beraninya para pelaku.
Ketika Siang Hari Tak Lagi Memberikan Rasa Aman
Muin (65), seorang warga yang tinggal tidak jauh dari lokasi pencurian, menjadi saksi mata kejadian tersebut. Ia mengungkapkan bahwa para pencuri beraksi menjelang waktu sholat Dzuhur, tanpa rasa takut atau malu. Suara benturan pelat besi yang jatuh ke tanah, bercampur dengan suara palu dan linggis, menjadi pemandangan yang biasa di telinga warga. Suara-suara ini justru menimbulkan rasa takut dan ketidaknyamanan, karena hilangnya pelat besi bukan hanya berarti kerugian materi, tetapi juga hilangnya rasa aman dan kepercayaan terhadap penegakan hukum.
Bukan Sekadar Pencurian, Melainkan Ancaman Nyata
Pelat besi yang dicuri memiliki fungsi penting dalam melindungi struktur beton dari panas, cuaca ekstrem, dan potensi kerusakan lainnya. Hilangnya pelat besi membuat beton menjadi lebih rentan terhadap berbagai faktor yang dapat mempercepat kerusakan. Muin bahkan mengaitkan kejadian kebakaran yang terjadi di kolong tol beberapa waktu lalu dengan aksi pencurian ini. Ia menduga bahwa hilangnya pelat besi menyebabkan sisa lem yang terpapar panas menjadi penyebab terjadinya kebakaran.
Kondisi beton yang semakin rapuh menjadi ancaman bagi pengguna jalan tol dan warga yang beraktivitas di bawahnya. Selain potensi bencana fisik, kejadian ini juga menjadi simbol ketidakberdayaan warga terhadap lemahnya pengawasan dan keamanan fasilitas publik.
Ketika Pelaku Lebih Agresif dari Penegak Hukum
Salah satu hal yang membuat kejadian ini semakin memprihatinkan adalah ketidakberdayaan hukum di hadapan para pelaku kejahatan. Muin pernah menyaksikan seorang pelaku pencurian berhasil ditangkap oleh aparat, namun kemudian dibebaskan karena aparat hampir dikeroyok oleh sekelompok orang yang membela pelaku. Kejadian ini semakin melunturkan kepercayaan warga terhadap penegakan hukum.
Saat ini, Muin dan warga lainnya hanya bisa pasrah mengawasi struktur beton yang semakin kehilangan perlindungannya. Mereka berharap tidak ada kejadian tragis lainnya yang menimpa mereka. Di tengah situasi ini, kejahatan bukan lagi sekadar pelanggaran hukum, tetapi juga perampasan ruang hidup, rasa aman, dan kepercayaan terhadap negara.
Upaya Penegakan Hukum dan Harapan Warga
Menanggapi kejadian ini, PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP) selaku pengelola tol mengklaim telah mengamankan beberapa pelaku dan memproses mereka sesuai dengan hukum yang berlaku. Pihak kepolisian juga telah mengkonfirmasi penangkapan tersebut dan sedang melakukan pengejaran terhadap pelaku lainnya. Patroli keamanan juga telah ditingkatkan, dan pengelola tol mengimbau masyarakat untuk aktif melaporkan aktivitas mencurigakan.
Namun, di balik semua upaya tersebut, warga seperti Muin masih menyimpan keraguan. Mereka bertanya-tanya apakah upaya-upaya tersebut cukup untuk mencegah kolong tol menjadi simbol kegagalan sistemik yang tidak dapat ditutupi hanya dengan pelat besi.