Ambisi Politik Krisna Mukti Berujung pada Tumpukan Utang dan Depresi
Aktor Krisna Mukti, yang pernah menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2014-2019, mengungkapkan pengalaman pahitnya saat kembali mencoba peruntungan di dunia politik. Hasrat untuk kembali menjadi wakil rakyat mendorongnya untuk mencalonkan diri lagi sebagai anggota DPR RI periode 2019-2024.
Namun, langkahnya kali ini tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Kegagalan dalam pemilu tersebut tidak hanya mengecewakan, tetapi juga membawa konsekuensi finansial yang signifikan. Krisna Mukti mengaku telah menginvestasikan seluruh sumber daya yang dimilikinya, termasuk tabungan dan aset, demi mencapai kursi di parlemen.
"Saya kerahkan segalanya termasuk uang, tabungan, aset-aset, semuanya," ungkap Krisna Mukti dalam sebuah wawancara. Pengorbanan besar ini ternyata belum cukup untuk mengantarkannya menjadi wakil rakyat.
Tidak hanya menghabiskan seluruh harta yang dimiliki, Krisna Mukti juga terpaksa berutang untuk membiayai ambisi politiknya. Jumlah utangnya mencapai angka fantastis, yakni Rp 2 miliar. Kondisi ini diperparah dengan situasi pandemi yang melanda, sehingga peluangnya untuk kembali ke layar kaca semakin menipis.
"Karena sudah jarang tampil di TV, jadi berasa banget itu biaya yang dikeluarkan. Dan pandemi ya akhirnya ya, yang tadinya saya pikir bisa kembali lagi ke TV ternyata nggak," jelasnya.
Kondisi keuangan yang terpuruk akibat utang yang menumpuk membuat Krisna Mukti mengalami depresi. Tabungannya habis, bahkan minus. Untungnya, rumahnya masih aman dari ancaman penyitaan.
Meski demikian, Krisna Mukti berusaha untuk mengambil hikmah dari pengalaman pahit ini. Ia menyadari bahwa keputusan yang diambilnya di masa lalu terlalu tergesa-gesa dan kurang mempertimbangkan dampak jangka panjang. Ia bertekad untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan di masa mendatang.
"Ke depannya menjadi pembelajaran dan nggak begitu saja memakai uang. Harus pandai mengambil keputusan, jangan mikirin hari ini saja tapi kedepannya nggak dipikirin," pungkasnya.
- Investasi politik gagal
- Kondisi keuangan terpuruk
- Mengalami depresi
- Pembelajaran berharga