Temon, Si Kera 'Nakal' Penghuni Warung Legendaris di Gunung Lawu

Gunung Lawu menyimpan cerita unik di balik warung Hargodalem yang legendaris. Selain dikenal sebagai tempat peristirahatan para pendaki, warung ini juga memiliki 'penghuni' istimewa, seekor kera jantan bernama Temon. Temon, yang dulunya dipelihara oleh almarhumah Wakiyem atau lebih dikenal sebagai Mbok Yem, menjadi daya tarik sekaligus tantangan tersendiri bagi para pengunjung.

Mbok Yem membeli Temon pada tahun 2017 dari seorang pria bernama Robert, yang khawatir dengan pertumbuhan Temon dan potensi bahayanya jika terus dipelihara. Daripada melepasliarkan Temon, Mbok Yem memutuskan untuk membelinya dan menjadikannya teman di warung Hargodalem. Sejak saat itu, Temon menjadi bagian tak terpisahkan dari warung tersebut, menemani Mbok Yem hingga akhir hayatnya. Kini, perawatan Temon dilanjutkan oleh tiga karyawan Mbok Yem, yaitu Muis, Jarwo, dan Bunda.

Namun, kehadiran Temon di warung Mbok Yem tidak selalu membawa kebahagiaan. Kera ini dikenal dengan sifat jahilnya, bahkan tak jarang mengganggu para pendaki yang singgah. Menurut penuturan Best Haryanto, seorang relawan Anak Gunung Lawu (AGL), Temon seringkali membuat pengunjung warung merasa tidak nyaman. Selain tingkah lakunya yang usil, kebiasaan Temon buang air di sekitar warung juga menjadi masalah tersendiri.

"Semenjak ada Temon, warungnya Mbok Yem agak sepi karena setiap pendaki yang mampir diganggu kera itu," ujar Haryanto.

Bahkan, Haryanto menceritakan pengalaman pahit yang dialami oleh pendaki yang ia pandu. Pada pertengahan tahun 2021, seorang pendaki wanita harus mendapatkan sembilan jahitan akibat serangan Temon. Saat itu, rombongan Haryanto sedang beristirahat di dekat warung Mbok Yem setelah melakukan pendakian melalui jalur Cemoro Kandhang.

Ketika korban sedang berjalan sambil menunduk dan berpegangan pada pagar warung, Temon tiba-tiba melompat ke kepalanya dan menyerang dengan cakaran dan gigitan. Untungnya, seorang dokter yang kebetulan berada di lokasi kejadian segera memberikan pertolongan pertama. Meskipun terluka, korban menolak untuk ditandu turun dan memilih untuk melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.

Atas kejadian tersebut, Mbok Yem merasa bersalah dan menawarkan santunan sebesar Rp 4.000.000 kepada korban. Namun, tawaran tersebut ditolak dengan baik oleh korban, yang mendoakan agar Mbok Yem diberikan umur panjang dan rezeki yang lancar. Para relawan AGL sendiri seringkali menyarankan agar Temon dipindahkan karena dampaknya terhadap pengunjung warung. Namun, Mbok Yem tetap bersikeras untuk mempertahankan Temon sebagai bagian dari warungnya.

  • Kisah Temon, si kera 'nakal' penghuni warung legendaris di Gunung Lawu, menjadi cerita unik yang mewarnai perjalanan para pendaki. Di satu sisi, kehadirannya memberikan warna tersendiri dan menjadi daya tarik. Namun di sisi lain, tingkah lakunya yang jahil tak jarang membuat pengunjung merasa tidak nyaman. Terlepas dari segala kontroversinya, Temon tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari warung Hargodalem dan Gunung Lawu.