Negosiasi Tarif Indonesia-AS: Jakarta Tawarkan Paket Kemitraan Strategis, Hasil Belum Final

Pemerintah Indonesia terus berupaya mencari solusi terbaik dalam menghadapi kebijakan tarif baru yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS). Kebijakan yang diumumkan pada awal April 2025 ini berpotensi meningkatkan tarif impor produk Indonesia ke AS hingga 32 persen. Alih-alih mengambil langkah konfrontatif seperti beberapa negara lain yang memilih melakukan retaliasi, Indonesia memilih jalur negosiasi konstruktif.

Indonesia tergabung dengan negara-negara lain yang melakukan pendekatan negosiasi, dan AS memberikan penangguhan penerapan tarif selama 90 hari bagi negara-negara tersebut, dengan pengecualian tarif dasar universal sebesar 10 persen yang tetap berlaku. Sejak pertengahan April, delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, aktif melakukan pertemuan dengan berbagai pejabat tinggi AS, termasuk perwakilan dari Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR), serta pejabat dari Departemen Perdagangan dan Departemen Keuangan AS.

Dalam perundingan tersebut, Indonesia menawarkan paket komprehensif yang menekankan pada lima pilar utama yang saling menguntungkan. Lima pilar tersebut adalah:

  • Ketahanan Energi Nasional: Indonesia menawarkan kerjasama di sektor energi yang dapat mendukung ketahanan energi AS.
  • Akses Pasar yang Kompetitif: Memperjuangkan tarif yang lebih kompetitif bagi produk-produk ekspor Indonesia ke pasar AS.
  • Deregulasi untuk Kemudahan Usaha: Melakukan deregulasi untuk menarik investasi dan menciptakan lapangan kerja di Indonesia.
  • Kerja Sama Rantai Pasok Industri Strategis: Membangun kerja sama dalam rantai pasok industri strategis dan mineral-mineral penting.
  • Akses Teknologi: Memfasilitasi akses teknologi di bidang kesehatan, pertanian, dan energi terbarukan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa respons awal dari pihak AS terhadap proposal Indonesia terbilang positif. Proposal Indonesia dinilai sebagai salah satu yang paling lengkap dan detail, yang menunjukkan potensi kerjasama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.

Pemerintah Indonesia juga aktif menjalin komunikasi dengan berbagai asosiasi dan perusahaan teknologi raksasa AS, seperti Semiconductor Industry Association (SIA), Amazon, Microsoft, dan Google. Dukungan dari sektor swasta AS ini dinilai krusial dalam memperkuat posisi Indonesia dalam negosiasi.

Meskipun demikian, Menko Airlangga Hartarto menegaskan bahwa proses negosiasi masih berlangsung dan belum mencapai titik temu final. Ia menekankan bahwa tawaran dan respons yang diberikan masih sangat dinamis. Rincian lebih lanjut mengenai tawaran Indonesia akan diungkapkan setelah kedua belah pihak mencapai kesepakatan.

Kedua negara sepakat untuk melanjutkan pembahasan teknis dalam dua pekan mendatang. Momentum ini juga akan dimanfaatkan Indonesia untuk mempercepat reformasi struktural di bidang perdagangan dan investasi guna meningkatkan daya saing ekonomi.