Misteri 'Ngeblank': Studi Ungkap Aktivitas Otak Saat Pikiran Kosong

Fenomena mind blanking, atau kondisi ketika seseorang tiba-tiba merasa 'ngeblank', telah lama menjadi misteri. Sebuah studi komprehensif yang melibatkan ilmuwan dari berbagai negara mencoba mengungkap apa yang sebenarnya terjadi di dalam otak saat kita mengalami kondisi tersebut.

Penelitian ini menganalisis data dari 80 artikel ilmiah yang meneliti aktivitas otak manusia saat tidak fokus pada suatu pemikiran tertentu. Temuan ini membedah perbedaan antara mind blanking dan mind wandering atau pikiran mengembara. Studi menunjukkan mind blanking sering terjadi setelah periode konsentrasi intens, seperti setelah ujian, kurang tidur, atau aktivitas fisik berat. Lebih jauh, kondisi ini terkait dengan gangguan neurologis dan kejiwaan seperti kecemasan, cedera otak traumatis, dan sindrom Klein-Levin.

Studi menggunakan berbagai metode, termasuk pencitraan otak dan teknik investigasi lainnya. Hasilnya menunjukkan bahwa saat mind blanking terjadi, otak tidak sepenuhnya non-aktif. Meskipun tidak ada pikiran spesifik, aktivitas otak tetap berlangsung. Hasil elektroensefalografi (EEG) menunjukkan bahwa otak memasuki kondisi yang disebut 'tidur lokal', yang ditandai dengan gelombang otak lambat seperti saat tidur dan penurunan kompleksitas sinyal. Selain itu, individu yang mengalami mind blanking juga menunjukkan detak jantung yang lebih lambat dan pupil mata yang mengecil, ciri-ciri yang umumnya terkait dengan kondisi tidur.

Sebuah studi tahun 2019 yang menggunakan functional magnetic resonance imaging (fMRI) juga memberikan wawasan menarik. Dalam studi tersebut, partisipan diminta untuk tidak memikirkan apa pun. Hasil fMRI menunjukkan adanya penurunan aktivitas di beberapa area otak utama, termasuk gyrus frontal inferior, area Broca, korteks motorik, suplementer, dan hipokampus. Namun, para peneliti mencatat bahwa karena partisipan secara sadar berusaha mengosongkan pikiran, kondisi ini mungkin berbeda dengan mind blanking spontan.

Tim peneliti menekankan bahwa studi tentang mind blanking memiliki tantangan metodologis dan konseptual yang signifikan. Mereka meyakini bahwa mind blanking lebih mungkin terjadi dalam kondisi gairah tinggi atau rendah, dan pengalaman mind blanking dapat bervariasi antar individu. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya fenomena kompleks ini. Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, dan penelitian di masa depan diharapkan dapat memberikan wawasan lebih lanjut tentang mind blanking dan hubungannya dengan kesadaran dan kognisi.

Para peneliti menyimpulkan bahwa pemahaman tentang mind blanking sangat penting dan relevan, karena membantu kita memahami nuansa kesadaran dan kekayaan konten pikiran manusia.