Kecerdasan Buatan dan Industri Kreatif: Peluang atau Tantangan Orisinalitas?

AI dalam Industri Kreatif: Antara Alat Bantu dan Identitas Diri

Penggunaan kecerdasan buatan (AI) telah menjadi perbincangan hangat di kalangan pelaku industri kreatif. Sebagian melihat AI sebagai alat yang mempermudah proses kreatif, sementara yang lain mempertanyakan dampaknya terhadap etika dan keaslian karya. Di tengah perdebatan ini, muncul pertanyaan mendasar: bagaimana seharusnya insan kreatif menyikapi kehadiran AI?

Didiet Maulana, seorang desainer fesyen ternama yang karyanya sarat akan budaya Indonesia, memberikan pandangannya mengenai pemanfaatan AI dalam dunia desain. Menurutnya, AI adalah alat bantu yang berguna, tetapi tidak boleh menggantikan identitas kreatif seorang desainer.

AI Sebagai Asisten Riset

Didiet Maulana mengakui bahwa AI telah menjadi bagian tak terpisahkan dari alur kerjanya, terutama dalam tahap riset. Ia memanfaatkan AI untuk mencari referensi dan informasi yang relevan dengan proyek desainnya. Sebagai contoh, ketika ingin mendalami budaya Sumba Timur, Didiet menggunakan AI untuk mencari buku referensi dan sumber informasi lainnya.

"Menggunakan AI? Jujur, sekarang iya," ungkap Didiet.

Namun, ia menekankan bahwa AI hanyalah alat bantu, bukan penentu utama dari sebuah karya. Pengalaman langsung dan pemahaman mendalam tentang identitas kreatif seorang desainer tetap menjadi kunci utama.

"Kalau kita nggak tahu apa yang mau kita kembangkan, nanti desainnya malah mirip dengan yang lain. Akhirnya cuma bertarung harga, bukan orisinalitas," tegas Didiet.

Transisi dari Analog ke Digital: Mempertahankan Sentuhan Personal

Sebagai desainer yang tumbuh di era transisi dari analog ke digital, Didiet Maulana memiliki pendekatan unik dalam menggabungkan kedua dunia tersebut. Ia tetap mengumpulkan inspirasi dari buku, museum, dan pengalaman langsung, kemudian memperkaya wawasan tersebut dengan bantuan teknologi digital.

"Visual references yang aku experience secara langsung itu beda. Bukan copy-paste, tapi kita tahu cara memodifikasinya," jelasnya.

Menurut Didiet, AI dapat membantu menyusun struktur berpikir dan mempermudah pengembangan ide. Namun, ia mengingatkan pentingnya memahami "DNA" atau identitas kreatif seorang desainer sebelum menggunakan AI. Hal ini penting agar desainer tidak kehilangan jati diri dan terlalu bergantung pada teknologi.

"Jangan sampai kita tergantung pada AI sehingga lupa sejatinya kita apa," tambahnya.

Menemukan Keseimbangan: AI Sebagai Teman, Bukan Ancaman

Didiet Maulana awalnya skeptis terhadap penggunaan teknologi dalam desain. Namun, setelah mempelajari cara kerja AI dan bereksperimen dengan berbagai prompt, ia menyadari potensi besar yang ditawarkan oleh teknologi ini. Baginya, AI adalah alat yang dapat mempermudah desainer mencapai hasil yang diinginkan, asalkan desainer tetap memegang kendali kreatif.

"The real driver itu kita. AI adalah tools untuk memudahkan kita mendapatkan result yang kita mau," tegas Didiet.

Ia juga menekankan pentingnya menjaga cita rasa personal dalam setiap karya. Setiap kreator, baik penulis, desainer fesyen, arsitek, maupun profesi kreatif lainnya, harus memiliki gaya yang khas.

"Kita harus tahu personal style kita seperti apa. AI bisa kasih referensi, tapi kadang cocok, kadang enggak," ujarnya.

Saran untuk Pelaku Industri Kreatif

Bagi para desainer atau pelaku industri kreatif yang ingin memanfaatkan AI, Didiet Maulana memberikan saran yang sederhana namun mendalam: kenali diri sendiri terlebih dahulu.

"Sebelum menjelajahi AI, kenali dulu DNA kita seperti apa. Jangan sampai kita kehilangan identitas karena terlalu bergantung pada AI," pesannya.

"Jadi kenalin diri kita dulu, dan baru pakai AI untuk memudahkan pekerjaan," pungkasnya.

AI menawarkan potensi besar bagi industri kreatif, tetapi penting untuk diingat bahwa teknologi ini hanyalah alat. Kreativitas sejati berasal dari manusia, dari pengalaman, pemahaman, dan identitas unik yang dimiliki oleh setiap individu. Dengan memahami batasan dan potensi AI, para pelaku industri kreatif dapat memanfaatkannya secara bijak untuk menciptakan karya yang orisinal dan bermakna.