Penjualan Mobil Listrik Ungguli Hybrid: Momentum Emas Pengembangan BEV di Indonesia

Era Elektrifikasi Otomotif Indonesia: BEV Lampaui Hybrid, Potensi Pasar Menggeliat

Jakarta - Sektor kendaraan listrik di Indonesia menunjukkan tren positif yang signifikan. Data terkini mengungkap, penjualan kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) telah berhasil melampaui penjualan kendaraan hybrid pada kuartal I tahun 2025. Pencapaian ini menandai tonggak penting dalam perkembangan industri otomotif ramah lingkungan di tanah air.

Menurut Rachmat Kaimuddin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar Kementerian Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, total penjualan BEV mencapai 16.535 unit, sementara kendaraan hybrid mencatatkan angka 13.957 unit. Fenomena ini menjadi indikasi kuat bahwa pasar Indonesia semakin terbuka dan menerima teknologi kendaraan listrik.

Insentif Pemerintah Pacu Pertumbuhan BEV

Salah satu faktor utama yang mendorong lonjakan penjualan BEV adalah dukungan insentif dari pemerintah. Kebijakan seperti pembebasan bea masuk impor, penghapusan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen, dan pengurangan Pajak Penghasilan (PPh) Badan, secara signifikan menurunkan harga jual BEV dibandingkan dengan kendaraan hybrid. Insentif ini menjadikan BEV lebih terjangkau dan menarik bagi konsumen.

"Produsen yang memproduksi BEV di Indonesia dengan tingkat kandungan lokal minimal 40 persen akan mendapatkan diskon khusus dari pemerintah sebesar 10 persen. Ini adalah insentif yang sangat besar dan akan berdampak signifikan pada pertumbuhan industri kendaraan listrik," ujar Rachmat.

Pasar Otomotif Indonesia: Peluang Unik untuk Kendaraan 7-Seater

Selain insentif, potensi pasar Indonesia yang besar juga menjadi daya tarik utama bagi investor. Sebagai negara dengan wilayah terluas di Asia Tenggara, Indonesia memiliki angka penjualan kendaraan yang mencapai sekitar 1 juta unit per tahun. Angka ini jauh melampaui Thailand, yang meskipun memiliki produksi otomotif yang tinggi, penjualannya cenderung melambat di angka 500.000 unit.

Namun, Rachmat menyoroti karakteristik unik dari pasar otomotif Indonesia, yaitu preferensi terhadap kendaraan dengan kapasitas 7 penumpang. Hal ini disebabkan oleh rata-rata jumlah anggota keluarga yang lebih besar dibandingkan dengan negara lain seperti China dan Korea Selatan.

"Keluarga di Indonesia umumnya memiliki tiga anak. Oleh karena itu, mobil dengan 5 tempat duduk mungkin tidak cukup. Investor perlu memperhatikan kebutuhan ini dan mengembangkan kendaraan listrik 7-seater untuk memenuhi permintaan pasar," jelas Rachmat.

Potensi Ekspor ke Pasar Timur Tengah

Rachmat juga menambahkan bahwa produksi kendaraan listrik 7-seater di Indonesia membuka peluang ekspor ke negara-negara dengan tipikal keluarga besar, seperti negara-negara di Timur Tengah. Hal ini dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi produsen otomotif dan memperkuat posisi Indonesia sebagai basis produksi kendaraan listrik di kawasan.

Dengan dukungan pemerintah, potensi pasar yang besar, dan karakteristik unik konsumen Indonesia, pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) di Indonesia memiliki prospek yang sangat cerah. Investor yang jeli dan inovatif akan mampu memanfaatkan peluang ini untuk meraih kesuksesan di pasar otomotif yang terus berkembang.