Kontroversi Promosi Kuliner: Pria di Thailand Minta Maaf Usai Kenakan Busana Muslim untuk Iklankan Babi Panggang

Promosi sebuah restoran di Thailand berujung kontroversi setelah pemiliknya menggunakan atribut keagamaan yang dianggap tidak sesuai dengan produk yang ditawarkan. Charoensak Phosichai, yang dikenal sebagai Uncle Tony, menuai kritik pedas dari warganet setelah videonya mengenakan busana yang identik dengan pakaian Muslim viral di media sosial. Dalam video tersebut, ia tampak mempromosikan menu andalan restorannya, yaitu babi panggang.

Kejadian bermula ketika Uncle Tony, dalam upaya menarik perhatian pelanggan, memutuskan untuk mengenakan jubah putih dan sorban, pakaian yang lazim dikenakan oleh pria Muslim. Sambil mengenakan busana tersebut, ia memperlihatkan seekor babi panggang utuh dan menawarkan potongan daging kepada para pelanggan. Video promosi ini kemudian diunggah ke media sosial, disertai ucapan selamat Tahun Baru Songkran dan ajakan untuk mencicipi babi panggang di restorannya, Krua Long Tony. Ironisnya, babi merupakan makanan yang diharamkan dalam agama Islam, sehingga tindakan Uncle Tony dianggap tidak sensitif dan menyinggung perasaan umat Muslim.

Reaksi terhadap video tersebut sangat cepat dan keras. Banyak warganet, baik Muslim maupun non-Muslim, mengecam tindakan Uncle Tony. Mereka menilai bahwa penggunaan atribut keagamaan untuk mempromosikan produk yang haram bagi umat Muslim adalah tindakan yang tidak pantas dan merendahkan. Kritik dan kecaman yang bertubi-tubi memaksa Uncle Tony untuk menghapus video tersebut dari media sosial. Ia kemudian mengeluarkan pernyataan permintaan maaf kepada publik, khususnya kepada umat Muslim.

Dalam permintaan maafnya, Uncle Tony mengaku tidak bermaksud untuk menghina agama atau kelompok tertentu. Ia menjelaskan bahwa pakaian yang dikenakannya dibeli di Dubai dan sebelumnya pernah digunakan untuk sesi pemotretan di padang pasir. Ia menambahkan bahwa pada saat pembuatan video promosi, ia hanya berniat untuk bersenang-senang dan tidak menyadari dampak negatif yang mungkin timbul. Uncle Tony juga mengungkapkan bahwa ia memiliki teman-teman dari komunitas Muslim dan sangat menyesali perbuatannya. Ia berharap permintaan maafnya dapat diterima dan menegaskan bahwa ia akan lebih berhati-hati di masa depan.

Kasus ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya sensitivitas budaya dan agama dalam melakukan promosi bisnis. Apa yang mungkin dianggap sebagai ide kreatif dan inovatif, bisa jadi justru menyinggung dan merugikan pihak lain. Oleh karena itu, sebelum meluncurkan kampanye promosi, penting untuk mempertimbangkan dampaknya terhadap berbagai kelompok masyarakat dan memastikan bahwa tidak ada unsur yang dapat menimbulkan kontroversi atau konflik.