Kreativitas Tanpa Batas: Miniatur Perahu Pangandaran Berlayar Hingga Las Vegas

Di sebuah saung sederhana di Pangandaran, Idham Hamdani (35), seorang pengrajin lokal, dengan tekun merakit miniatur perahu. Di bawah terik matahari, tangan terampilnya menciptakan karya seni yang tak hanya menghiasi kios-kios oleh-oleh di sekitar Pantai Pangandaran, tetapi juga telah menembus pasar internasional hingga ke Amerika Serikat, tepatnya Las Vegas.

Kisah sukses Idham berawal dari tahun 2019. Awalnya, ia membuat miniatur perahu dari bambu. Namun, dorongan untuk berinovasi membawanya bereksperimen dengan kayu, khususnya kayu lame atau kayu gabus. Kayu jenis ini memiliki keunikan, keras di bagian luar namun mudah dibentuk di bagian dalam, menjadikannya material ideal untuk mewujudkan detail-detail rumit pada miniatur perahu.

Karya Idham kini menjadi incaran para pemilik kios oleh-oleh di Pangandaran. Ia memilih fokus sebagai pemasok, mendistribusikan produknya ke 13 kios dengan pengiriman rutin setiap minggunya. Saung Katapang, yang merupakan akronim dari Kreasi Tangan Pangandaran, menjadi saksi bisu lahirnya karya-karya miniatur perahu yang memukau.

"Awalnya dari perahu bambu, tapi saya modifikasi pakai kayu supaya lebih mirip aslinya," ungkap Idham, menceritakan awal mula idenya.

Usahanya sempat terhenti di tahun 2020 akibat pandemi Covid-19. Sepinya wisatawan membuat Idham harus mencari pekerjaan serabutan untuk menyambung hidup. Namun, semangatnya kembali membara pada pertengahan 2021, seiring dengan mulai pulihnya sektor pariwisata.

Idham memproduksi dua ukuran miniatur perahu: ukuran mini (20 cm) yang dijual seharga Rp30 ribu, dan ukuran besar (38 cm) dengan harga Rp50 ribu. Dalam sebulan, ia mampu menjual 300 hingga 400 unit, terutama saat musim ramai.

"Sekarang banyak juga kirim ke luar kota seperti Bandung, Banten, Cianjur, dan Tasikmalaya. Pernah juga ekspor ke Amerika-ke Las Vegas, waktu itu harga perahunya Rp200 ribu ukuran 50 cm per buah," jelasnya.

Keterbatasan bahan baku dan tenaga kerja menjadi tantangan utama dalam produksi. Proses mengukir membutuhkan ketelatenan ekstra, sementara jumlah tenaga kerja masih terbatas. Bahan baku yang dibutuhkan meliputi kayu lame, paralon spons, bahan banner, dan cat. Idham berusaha membuat miniatur perahu semirip mungkin dengan aslinya, bahkan memastikan karyanya dapat mengapung di air.

Dalam sekali produksi, Idham membutuhkan waktu 1 hingga 3 hari untuk menghasilkan puluhan unit perahu. Kerumitan terletak pada proses pemilihan kayu yang tidak boleh kopong, serta pembentukan desain yang harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mempengaruhi bentuk akhir perahu. Proses penghalusan menggunakan amplas juga membutuhkan ketelitian, karena akan mempengaruhi hasil pengecatan.

Idham mengaku senang saat melihat anak-anak membeli miniatur perahunya di kios-kios. Ia seringkali mengamati dari kejauhan, merasa bangga ketika melihat karya buatannya dimainkan di pesisir pantai Pangandaran.

Transaksi penjualan sebagian besar masih dilakukan secara tunai, terutama dengan kios oleh-oleh. Namun, untuk pengiriman ke luar daerah, Idham sudah memanfaatkan transfer bank melalui aplikasi BRImo.

Menurut data resmi BRI, hingga September 2024, pengguna BRImo mencapai 37,1 juta dengan pertumbuhan 24,7% year on year (YoY). Nilai transaksinya pun meningkat signifikan, mencapai Rp4.034,9 triliun atau tumbuh 35,2% dari tahun sebelumnya. Regional CEO BRI Bandung, Sadmiadi, menyebutkan bahwa BRImo menjadi salah satu platform transaksi yang mudah diakses dengan fitur lengkap, mulai dari transfer, QRIS, pembayaran tagihan listrik, hingga investasi.