Indonesia Serukan Tata Kelola AI Berkeadilan di Forum BRICS

Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Yassierli, menyerukan pentingnya tata kelola kecerdasan buatan (AI) yang adil dan kolaboratif dalam forum BRICS yang diselenggarakan di Brasilia, Brasil. Penegasan ini disampaikan di tengah pesatnya perkembangan AI yang mengubah lanskap dunia kerja secara global.

Dalam pertemuan yang mengangkat tema sentral "Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Pekerjaan," Menaker Yassierli menekankan bahwa AI bukan hanya sekadar tren teknologi sesaat, melainkan sebuah kekuatan transformatif yang memiliki potensi besar untuk mengubah cara kerja di berbagai sektor, termasuk di Indonesia. Menurutnya, pemanfaatan AI harus dikelola dengan bijaksana dan inklusif agar manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Menaker Yassierli mengakui bahwa AI menawarkan peluang besar dalam meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan menciptakan lapangan kerja baru. Namun, ia juga mewanti-wanti potensi risiko yang dapat memperlebar kesenjangan sosial jika tata kelolanya tidak inklusif. Oleh karena itu, Indonesia memandang AI sebagai kekuatan positif yang perlu dimanfaatkan secara bertanggung jawab, dengan mengutamakan kepentingan kemanusiaan.

Indonesia mengusung pendekatan people-centric approach dalam adopsi AI, yang berfokus pada empat pilar utama:

  • Inklusi Digital: Memastikan akses teknologi, infrastruktur, dan literasi digital sebagai hak dasar bagi seluruh masyarakat, termasuk kelompok rentan dan masyarakat pedesaan.
  • Penyiapan Keterampilan: Memodernisasi pelatihan vokasi melalui kemitraan dengan industri dan lembaga pendidikan untuk mengatasi kesenjangan keterampilan akibat perkembangan teknologi.
  • Perlindungan Sosial Adaptif: Mengembangkan sistem perlindungan sosial yang adaptif terhadap perubahan pasar kerja, seperti program Asuransi Kehilangan Pekerjaan yang memberikan dukungan penghasilan, pelatihan ulang, dan fasilitasi penempatan kerja.
  • Dialog Sosial Inklusif: Mendorong partisipasi aktif pemerintah, pengusaha, dan pekerja dalam merumuskan kebijakan dan kerangka tata kelola AI yang adil dan bertanggung jawab.

Dalam forum tersebut, Indonesia mengajak negara-negara BRICS untuk memperkuat kerja sama global dalam bidang investasi keterampilan digital, pertukaran kebijakan ketenagakerjaan inklusif, kolaborasi tata kelola AI, serta promosi inovasi berbasis keadilan dan keberlanjutan. Menaker Yassierli menutup pernyataannya dengan menekankan bahwa masa depan pekerjaan ditentukan oleh pilihan-pilihan yang diambil saat ini, dan Indonesia memilih untuk melangkah dengan tekad, menjunjung keadilan, dan berpegang pada semangat kolaborasi.