Riau Satukan Kekuatan dalam Jambore Karhutla untuk Mendukung Visi Nasional
Gubernur Riau, Abdul Wahid, secara resmi menutup Jambore Karhutla 2025 yang berlangsung di Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Syarif Hasyim, Minas Jaya, Siak. Acara ini dipandang sebagai langkah konkret dalam merealisasikan program Asta Cita yang diusung oleh Presiden Prabowo Subianto.
"Kehadiran kita di sini bukan sekadar pertemuan biasa, melainkan upaya untuk menyelaraskan visi dengan cita-cita Bapak Presiden Prabowo Subianto. Ada gerakan menanam, penyediaan makanan bergizi gratis, serta inisiatif sekolah rakyat yang membutuhkan dukungan kita bersama. Dengan kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, didukung oleh seluruh elemen masyarakat Indonesia, kita optimis Indonesia akan menjadi negara maju dan disegani," ujar Abdul Wahid saat memberikan sambutan pada Sabtu (26/4/2025) malam.
Acara penutupan Jambore Karhutla 2025 ini dihadiri oleh Wakil Gubernur Riau SF Haryanto, jajaran Forkopimda Riau, Kapolda Irjen Herry Heryawan, Danlanal, Danlanud, Danrem, perwakilan BNPB Riau, para bupati dan wali kota se-Provinsi Riau, serta 530 anggota pramuka yang menjadi peserta.
Dalam pidatonya, Abdul Wahid menyampaikan kebanggaannya kepada para peserta pramuka dan seluruh jajaran Forkopimda yang telah berpartisipasi dalam penyelenggaraan Jambore Karhutla 2025. Ia menekankan bahwa kegiatan ini bukan hanya sekadar seremoni, tetapi juga merupakan proses pembelajaran untuk menginternalisasi nilai-nilai Dasa Dharma Pramuka, terutama cinta alam dan kasih sayang terhadap sesama manusia.
"Menjaga alam berarti menjaga keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Alam dan manusia harus hidup berdampingan, dan nilai-nilai cinta alam ini harus tertanam dalam diri setiap individu," tambahnya.
Mengingat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta perambahan lahan merupakan masalah tahunan di Riau, Gubernur berharap bahwa gerakan seperti ini dapat memberikan nilai tambah bagi seluruh komponen pemerintah dan masyarakat Riau.
"Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, gubernur, atau kapolda, melainkan tanggung jawab kita bersama," tegasnya.
Abdul Wahid juga mengutip petuah Melayu yang menekankan pentingnya menjaga laut dan selat, melestarikan hutan, memelihara tanah, menyayangi makhluk hidup, serta menghormati alam. Petuah tersebut mengajarkan untuk tidak merusak tanah saat membangun rumah, tidak merusak dusun saat berkebun, tidak merusak gunung saat membangun kampung, dan tidak merusak padang saat berladang. Adat hidup memegang amanah, menjaga hutan dan tanah, merawat bukit dan lembah, berladang tak merusak tanah, berkebun tak merusak rimba.
"Petuah-petuah Melayu ini mengingatkan kita untuk selalu mempertimbangkan ekosistem. Jika ekosistem terjaga, generasi mendatang dapat melanjutkan kehidupan ini dengan baik," jelasnya.
"Kami sangat bangga bisa bersatu dengan adik-adik pramuka untuk menyatukan pemikiran dalam melestarikan alam," sambungnya.
Abdul Wahid menutup sambutannya dengan membacakan pantun:
markdown Di Tahura Jambore Karhutla berkemah Tak lupa pula memakai alas Saya buka acara dengan bismillah Semoga acara berjalan dengan tuntas
Terang menyala di hening malam Angin membawa sejuk ke dada Api unggun jadi penyulam Hangatkan hati satukan jiwa