Pemerintah Prioritaskan Ketahanan Pangan Domestik Sebelum Ekspor Beras
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menekankan pentingnya penguatan stok beras dalam negeri sebelum melaksanakan ekspor, meskipun Presiden Prabowo Subianto telah memberikan izin untuk pengiriman beras ke luar negeri. Prioritas utama adalah memastikan ketersediaan beras yang mencukupi, bahkan melebihi kebutuhan domestik, mengingat kondisi iklim yang tidak menentu dan potensi risiko terhadap produksi pertanian.
Mentan Amran menyampaikan bahwa saat ini fokus pemerintah adalah mengamankan pasokan beras nasional. Pengalaman negara-negara seperti Jepang, Malaysia, dan Filipina menjadi pelajaran berharga untuk mengantisipasi dampak buruk perubahan iklim terhadap sektor pertanian. Pemerintah berupaya keras untuk menghindari kondisi serupa dengan memastikan ketahanan pangan yang kuat.
Presiden Prabowo sebelumnya menyampaikan bahwa beberapa negara telah mengajukan permintaan beras kepada Indonesia. Laporan dari Menteri Pertanian dan Menteri Koordinator Bidang Pangan menjadi dasar pertimbangan pemberian izin ekspor. Namun, Presiden menekankan agar ekspor dilakukan dengan prinsip kemanusiaan dan tidak berorientasi pada keuntungan besar. Yang terpenting adalah biaya produksi, transportasi, dan administrasi dapat tertutup.
Prabowo menjelaskan bahwa ekspor beras juga merupakan bentuk pembuktian bahwa Indonesia kini mampu memberikan bantuan kepada negara lain yang membutuhkan. Hal ini sekaligus mengubah citra Indonesia dari negara penerima bantuan menjadi negara yang mampu berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan pangan global.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras Indonesia pada periode Januari hingga Mei 2025 diperkirakan mencapai 16,62 juta ton. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 12,40 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 14,78 juta ton. Sementara itu, produksi padi pada Februari 2025 diperkirakan setara dengan 2,23 juta ton beras, meningkat signifikan dibandingkan Februari 2024.
Secara keseluruhan, produksi padi pada Januari hingga Mei 2025 diperkirakan mencapai 28,85 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), meningkat 12,40 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat menjadi penyumbang produksi padi tertinggi, sementara Papua Pegunungan, Kepulauan Riau, dan DKI Jakarta mencatatkan produksi terendah.
Luas panen padi pada Februari 2025 juga mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Total luas panen padi pada Januari hingga Mei 2025 diperkirakan mencapai 5,47 juta hektar, meningkat 13,29 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024. Produksi padi dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling (GKG) juga mengalami peningkatan yang signifikan pada Februari 2025 dibandingkan Februari 2024.
Dengan data produksi yang menggembirakan ini, pemerintah tetap berhati-hati dan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dalam negeri sebelum membuka keran ekspor. Langkah ini diambil untuk memastikan ketahanan pangan nasional dan mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap produksi pertanian.