Wamensesneg: Monolog Gibran, Salah Satu Gaya Komunikasi Pejabat Publik
Wakil Menteri Sekretaris Negara (Wamensesneg) Juri Ardiantoro menanggapi positif video monolog yang diunggah oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Menurutnya, hal tersebut merupakan salah satu bentuk komunikasi yang dapat dilakukan oleh pejabat publik kepada masyarakat.
Juri Ardiantoro menjelaskan bahwa setiap pejabat, termasuk Wakil Presiden, memiliki gaya komunikasi yang berbeda-beda. Hal ini disampaikannya di Kompleks Parlemen, Jakarta, pada Minggu (27/4/2025). Ia menekankan pentingnya komunikasi dari pejabat pemerintah untuk menyampaikan informasi terkait program-program pemerintah dan isu-isu penting lainnya secara langsung kepada masyarakat.
"Para pejabat punya kepentingan untuk menyampaikan hal-hal yang perlu diketahui oleh masyarakat," ujar Juri.
Wamensesneg menambahkan bahwa komunikasi dari pejabat negara diharapkan dapat memberikan informasi yang akurat dan terpercaya karena berasal dari sumber yang kompeten. Ia menilai bahwa inisiatif seperti video monolog yang dilakukan oleh Gibran merupakan cara yang baik untuk menyampaikan informasi secara langsung.
Berdasarkan penelusuran pada akun YouTube @GibranTV, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka telah membuat tiga video monolog dengan topik yang berbeda-beda.
-
Video Pertama: membahas mengenai bonus demografi dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam memanfaatkan potensi generasi muda. Dalam video tersebut, Gibran juga menyinggung keberhasilan film Jumbo sebagai contoh karya anak bangsa.
-
Video Kedua: diunggah tiga hari kemudian, mengangkat tema kebanggaan atas pencapaian Timnas Indonesia yang berhasil lolos ke Piala Dunia U-17.
-
Video Ketiga: membahas mengenai hilirisasi.
Dalam video yang diunggah pada Sabtu (19/4/2025), Gibran menyampaikan pandangannya bahwa Indonesia berada dalam momen penting di tengah tantangan global seperti perang dagang, geopolitik, dan perubahan iklim. Ia juga menyoroti bahwa lebih dari separuh penduduk Indonesia, sekitar 208 juta jiwa, akan berada pada usia produktif pada periode 2030-2045. Menurutnya, ini adalah peluang besar untuk mengelola bonus demografi.