Slank Ungkap Strategi Bertahan: Royalti Bukan Sumber Utama Pendapatan
Band legendaris Indonesia, Slank, baru-baru ini berbagi pandangan mereka tentang royalti dan keberlangsungan hidup sebagai musisi. Kaka dan Bimbim, dua personel kunci Slank, mengungkapkan bahwa royalti bukanlah sumber pendapatan utama bagi mereka.
Dalam pernyataan yang disampaikan di markas mereka di Potlot, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Kaka, sang vokalis, menjelaskan bahwa Slank masih mengandalkan sumber pendapatan lain, terutama pertunjukan off-air.
"Kalau di kita, royalti memang belum jadi mata pencaharian utama. Masih harus mengandalkan off-air juga sih," kata Kaka.
Bimbim menambahkan bahwa Slank memilih posisi netral dalam perdebatan seputar direct license. Meskipun demikian, mereka mengakui pernah menerapkan sistem direct license di masa lalu. Bimbim menceritakan pengalaman mereka di era 2000-an awal, sebelum Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) terbentuk. Saat itu, mereka menerima telepon dari stasiun TV yang ingin menggunakan lagu Slank. Persetujuan diberikan setelah mempertimbangkan artis yang akan membawakan lagu tersebut.
"Dulu sebelum ada WAMI, Slank direct. Jadi TV mana nih (telepon) 'Mas Bim Bim ini ada artis mau bawain lagu Slank boleh gak?' Terus kita lihat dulu ya artisnya keren gak, cewek cantik, oh boleh," ujar Bimbim.
Saat menerapkan direct license, Slank juga menerima royalti. Namun, setelah LMK hadir, mereka memutuskan untuk menyerahkan urusan royalti kepada lembaga tersebut agar lebih praktis.
"Dulu sih kita gak mikirin bayaran, mau dibayar berapa ya mereka terserah. Ya yang penting izin," sambung Kaka.
Saat ini, Slank memilih untuk mengambil posisi tengah antara Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI) dan Vibrasi Suara Indonesia (VISI).
Bagi Slank, nilai royalti belum bisa diandalkan sebagai sumber keuangan utama. Mereka lebih memilih untuk mengandalkan bayaran dari pertunjukan off-air mereka.
Slank menegaskan bahwa bagi mereka, royalti hanyalah salah satu bagian dari ekosistem pendapatan seorang musisi, dan tidak bisa menjadi tumpuan utama untuk keberlangsungan hidup. Mereka memilih untuk beradaptasi dengan perubahan zaman dan mencari sumber pendapatan lain yang lebih stabil dan menjanjikan. Strategi ini memungkinkan Slank untuk tetap eksis dan berkarya di industri musik Indonesia selama lebih dari tiga dekade.
Slank tetap berpegang pada prinsip untuk terus berkarya dan memberikan yang terbaik bagi para penggemar mereka, tanpa terlalu bergantung pada satu sumber pendapatan saja.
- Direct License: Sistem perizinan langsung antara pemegang hak cipta dan pengguna lagu.
- Off-Air: Pertunjukan musik di luar siaran televisi atau radio.
- LMK (Lembaga Manajemen Kolektif): Lembaga yang mengelola hak cipta dan royalti musisi.