Singapura Unggul dalam Kebersihan Kota, Roma Berjuang dengan Pengelolaan Sampah

Sebuah studi terbaru dari Eagle Dumpster Rental menobatkan Singapura sebagai kota wisata terbersih di dunia, sementara Roma harus berjuang dengan masalah kebersihan yang signifikan.

Penilaian ini, yang dipublikasikan oleh themanual dan didasarkan pada data dari Numbeo, Atlas D-Waste, dan sumber-sumber lokal, memberikan Street Cleanliness Score (Skor Kebersihan Jalanan) kepada berbagai destinasi di seluruh dunia. Studi ini tidak hanya mengukur kebersihan fisik, tetapi juga persepsi penduduk terhadap kebersihan lingkungan dan efisiensi pengelolaan sampah.

Singapura menduduki peringkat pertama berkat kombinasi taman publik yang terawat baik, jalanan yang bersih, dan penegakan hukum yang ketat terkait pembuangan sampah. Larangan penjualan permen karet sejak tahun 1992, serta denda yang signifikan bagi pembuang sampah sembarangan (hingga SGD 1.000 untuk pelanggaran pertama dan SGD 2.000 untuk pelanggaran berulang, ditambah dengan Perintah Kerja Korektif), terbukti efektif dalam menjaga kebersihan kota. Selain itu, Singapura berinvestasi dalam teknologi pengelolaan sampah modern dan secara aktif mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kebersihan.

Kopenhagen, Denmark, dan Praha, Republik Ceko, menyusul di posisi kedua dan ketiga. Kopenhagen dikenal dengan komitmennya terhadap keberlanjutan, termasuk penggunaan kapal tenaga surya, hotel ramah lingkungan, dan makanan organik. Kota ini bahkan dijuluki sebagai kota paling hijau di dunia. Praha, di sisi lain, unggul dalam hal produksi sampah yang rendah (hanya 676 pon per orang per tahun) dan tingkat kepuasan yang tinggi terhadap kebersihan kota. Upaya Praha dalam mempromosikan ruang publik hijau dan infrastruktur berkelanjutan juga berkontribusi pada peringkat tingginya.

Sebaliknya, Roma menghadapi tantangan besar dalam menjaga kebersihan. Sistem pengelolaan limbah yang kurang memadai menyebabkan penumpukan sampah di jalanan dan ruang publik. Meskipun Roma tetap menjadi tujuan wisata populer karena warisan budayanya yang kaya, masalah kebersihan ini telah menyebabkan frustrasi di kalangan penduduk setempat dan keluhan dari para wisatawan. Roma juga menghasilkan limbah yang signifikan, dengan 1.444 pon limbah per orang setiap tahunnya.

Kota-kota seperti Roma menghadapi tekanan yang meningkat akibat pariwisata massal. Peningkatan jumlah wisatawan berarti lebih banyak sampah, yang mempersulit pengelolaan kebersihan kota. Penegakan hukum yang lemah dan kurangnya infrastruktur yang memadai juga memperburuk masalah ini. Diperlukan solusi inovatif dan investasi yang berkelanjutan untuk mengatasi tantangan kebersihan yang dihadapi oleh kota-kota wisata populer di seluruh dunia.

Berikut adalah beberapa poin penting yang membedakan kota-kota terbersih dari yang kurang bersih:

  • Penegakan hukum yang ketat: Denda dan hukuman yang efektif untuk pembuangan sampah sembarangan.
  • Teknologi pengelolaan sampah modern: Sistem pengumpulan dan daur ulang sampah yang efisien.
  • Kesadaran publik yang tinggi: Kampanye edukasi yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kebersihan.
  • Komitmen terhadap keberlanjutan: Investasi dalam energi terbarukan dan praktik ramah lingkungan.
  • Infrastruktur yang memadai: Sistem pengelolaan limbah yang mampu menangani volume sampah yang dihasilkan.

Dengan mengadopsi praktik-praktik ini, kota-kota di seluruh dunia dapat meningkatkan kebersihan dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan lebih menyenangkan bagi penduduk dan wisatawan.