Zaenal Abidin: Dedikasi Mengubah Pulau Kelapa Bebas Sampah

Di tengah hamparan laut biru Kepulauan Seribu, sebuah pulau kecil bernama Pulau Kelapa menyimpan kisah inspiratif tentang perubahan. Zaenal Abidin, seorang petugas bank sampah sekaligus PJLP Suku Dinas Lingkungan Hidup (DLH), menjadi motor penggerak perubahan tersebut. Pria berusia 36 tahun ini tak kenal lelah mengajak warga untuk lebih peduli terhadap lingkungan, khususnya masalah sampah.

Sebelum Zaenal bergabung dengan DLH pada tahun 2018, Pulau Kelapa menghadapi masalah serius terkait sampah. Tumpukan sampah berserakan di mana-mana, mencemari laut dan permukiman warga. Kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah masih sangat rendah. Kebanyakan warga membuang sampah begitu saja tanpa memilahnya terlebih dahulu, bahkan tak jarang sampah berakhir di laut.

Titik balik terjadi pada tahun 2019 ketika Zaenal bersama seorang warga bernama Nuryanah berinisiatif mendirikan bank sampah. Langkah ini sejalan dengan program Pemerintah Provinsi Jakarta yang mendorong setiap RW memiliki bank sampah. Dengan semangat membara, Zaenal dan Nuryanah mulai melakukan sosialisasi kepada warga. Mereka menjelaskan manfaat bank sampah dan pentingnya memilah sampah dari rumah.

Namun, perjuangan mereka tidaklah mudah. Awalnya, banyak warga yang menolak ajakan tersebut. Bahkan, ada yang marah karena merasa direpotkan. Keterbatasan ilmu dan pendanaan juga menjadi kendala. Akibatnya, bank sampah sempat vakum pada tahun yang sama.

Memasuki tahun 2020, dengan dukungan penuh dari Dinas Lingkungan Hidup, Zaenal dan Nuryanah kembali menghidupkan bank sampah. Mereka semakin gencar melakukan sosialisasi dengan pendekatan yang lebih kreatif. Zaenal tidak hanya mendatangi rumah-rumah warga, tetapi juga memanfaatkan waktu santainya bersama teman-teman untuk memberikan edukasi tentang sampah.

"Saya bilang ke teman-teman, 'Mending sampah kalian dipilah, dibawa ke bank sampah, ditabung. Daripada dibuang percuma, enggak ada nilainya'," kata Zaenal.

Usaha Zaenal membuahkan hasil. Perlahan tapi pasti, kesadaran warga mulai tumbuh. Mereka mulai memilah sampah dari rumah dan menjualnya ke bank sampah. Zaenal juga merangkul para lansia untuk ikut berpartisipasi. Ia meyakinkan mereka bahwa mengumpulkan dan memilah sampah bisa menjadi kegiatan positif yang menghasilkan uang.

Sampah non-organik yang dikumpulkan warga dijual ke bank sampah, sedangkan sampah organik diolah menjadi kompos tanaman. Kini, sebagian besar warga Pulau Kelapa telah menjadi anggota bank sampah. Dari 166 KK, sekitar 106 warga aktif memilah sampah secara rutin.

Perubahan yang terjadi di Pulau Kelapa sangatlah signifikan. Pulau ini jauh lebih bersih dibandingkan tahun 2018. Sampah hampir tidak terlihat lagi di sudut-sudut pulau. Air laut yang dulunya kotor kini terlihat jernih, bahkan ikan dan terumbu karang dapat terlihat dengan jelas.

Kisah Zaenal Abidin adalah bukti nyata bahwa dengan dedikasi dan kerja keras, perubahan positif dapat diwujudkan. Ia telah berhasil mengubah Pulau Kelapa menjadi pulau yang lebih bersih dan lestari, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan.