Dari Pabrik Plastik Hingga Puncak Kekayaan: Kisah Inspiratif Li Ka Shing

Dari Pabrik Plastik Hingga Puncak Kekayaan: Kisah Inspiratif Li Ka Shing

Li Ka Shing, nama yang identik dengan kesuksesan bisnis di Asia dan dunia, bukanlah kisah dongeng semata. Perjalanan hidupnya yang luar biasa, dari seorang anak putus sekolah yang bekerja keras di pabrik plastik hingga menjadi salah satu orang terkaya di dunia, merupakan bukti nyata kerja keras, kejelian bisnis, dan visi yang jauh ke depan. Saat ini, ia masih bertengger di peringkat 38 daftar orang terkaya dunia versi Forbes, dengan kekayaan yang ditaksir mencapai 39,4 miliar dollar AS atau sekitar Rp 643,2 triliun (berdasarkan kurs Rp 16.330 per dollar AS). Namun, di balik gemerlap kekayaannya, tersimpan kisah perjuangan hidup yang inspiratif.

Lahir pada tahun 1928 di Chaozhou, sebuah kota pesisir di China bagian tenggara, Li Ka Shing mengalami masa kecil yang penuh tantangan. Keluarganya terpaksa mengungsi akibat perang China-Jepang, sebuah peristiwa traumatis yang ia kenang hingga dewasa. "Ketika saya masih di sekolah dasar, Jepang menjatuhkan bom di Chaozhou," kenangnya, seperti dikutip dari Forbes. Setelah menetap di Hong Kong pada tahun 1940, tragedi kembali menghantam keluarga kecil tersebut ketika sang ayah meninggal dunia karena TBC. Pada usia 12 tahun, Li Ka Shing harus menanggalkan impian pendidikannya dan terjun ke dunia kerja untuk menghidupi keluarganya. Ia memulai kariernya dengan bekerja keras selama 16 jam sehari di sebuah pabrik plastik, sebuah pekerjaan yang membentuk karakter dan mentalitasnya untuk masa depan.

Namun, kerasnya kehidupan tak mampu meredam semangat juang Li Ka Shing. Dengan tekad yang bulat, ia membangun kerajaan bisnisnya sendiri. Pada tahun 1950, di usia 22 tahun, ia mendirikan Cheung Kong Industries, sebuah perusahaan yang awalnya bergerak di bidang manufaktur plastik. Keberhasilannya dalam bisnis ini menjadi batu loncatan menuju kesuksesan yang lebih besar. Kemampuannya melihat peluang dan mengambil risiko terbayar lunas ketika ia mengembangkan perusahaannya menjadi perusahaan investasi real estat terkemuka yang tercatat di bursa Hong Kong pada tahun 1972. Jejak kesuksesan itu terus berlanjut dengan akuisisi Hutchison Whampoa pada tahun 1979 dan Hongkong Electric Holdings Limited (yang kemudian berganti nama menjadi Power Assets Holdings Limited) pada tahun 1985, memperluas jangkauan bisnisnya ke berbagai sektor seperti infrastruktur, telekomunikasi, ritel, dan pelabuhan melalui konglomerasi Cheung Kong Holdings yang kemudian menjadi CK Hutchison.

Puncak kariernya dicapai setelah puluhan tahun berjuang. Setelah 68 tahun berkiprah di dunia bisnis, Li Ka Shing mengundurkan diri sebagai ketua CK Hutchison Holdings dan CK Asset Holdings pada tahun 2018. Meskipun demikian, ia tetap aktif sebagai penasihat senior di kedua perusahaan tersebut. Namun, perjalanan hidupnya tidak hanya diwarnai dengan kesuksesan bisnis semata. Li Ka Shing juga dikenal sebagai seorang filantropis yang dermawan. The Li Ka Shing Foundation, yang ia dirikan pada tahun 1980, telah menyalurkan dana lebih dari 30 miliar dollar Hong Kong untuk berbagai proyek di bidang pendidikan, layanan medis, dan program anti-kemiskinan, dengan fokus utama di China dan Hong Kong. Komitmennya terhadap filantropi, yang diwujudkan melalui yayasan ini, mencerminkan kepeduliannya terhadap masyarakat dan kontribusinya kepada dunia yang lebih baik.

Kisah hidup Li Ka Shing menjadi inspirasi bagi banyak orang. Dari kesulitan hidup, ia bangkit dan mencapai puncak kesuksesan. Keuletan, ketekunan, dan visi yang tajam menjadi kunci utama kesuksesannya. Selain itu, komitmennya terhadap filantropi menunjukkan bahwa kesuksesan sejati tidak hanya diukur dari segi materi, melainkan juga dari dampak positif yang diberikan kepada masyarakat.