Investigasi Genesis Ungkap Tumpang Tindih Lahan di Wilayah FOLU Net Sink Bengkulu

Yayasan Genesis Bengkulu baru-baru ini merilis hasil investigasi yang mengungkap adanya tumpang tindih lahan di wilayah Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 di Provinsi Bengkulu. Temuan ini menimbulkan kekhawatiran akan efektivitas program yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencapai target serapan karbon yang lebih tinggi dari emisi pada tahun 2030.

Menurut Manajer Kampanye Kehutanan Genesis Bengkulu, Angga Kurniawan, investigasi menemukan bahwa lebih dari 40.000 hektar lahan yang seharusnya masuk dalam wilayah FOLU Net Sink 2030 justru tumpang tindih dengan izin pertambangan, peminjaman kawasan hutan, dan aktivitas eksploitatif lainnya. Hal ini berpotensi menghambat upaya mitigasi dan konservasi yang menjadi inti dari program FOLU Net Sink.

Secara rinci, Genesis Bengkulu mengidentifikasi tiga lokasi utama yang mengalami tumpang tindih lahan:

  • PT Bentara Agra Timber (Kabupaten Mukomuko): Tumpang tindih sekitar 8.400 hektare.
  • PT Anugerah Pratama Inspirasi (API) (Kabupaten Bengkulu Utara): Tumpang tindih sekitar 16.900 hektare.
  • PT Energi Swa Dinamika Muda (ESDMu) (Kabupaten Seluma): Tumpang tindih sekitar 24.900 hektare.

Angga Kurniawan menekankan bahwa jika kondisi tumpang tindih ini tidak segera diatasi, target FOLU Net Sink 2030 di Bengkulu akan sulit tercapai. Ia mendesak pemerintah untuk mengambil langkah-langkah mitigasi yang konkret guna memastikan bahwa wilayah program FOLU Net Sink benar-benar sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan.

Program FOLU Net Sink 2030 merupakan wujud komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK), mengendalikan perubahan iklim, dan memitigasi dampaknya. Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan nilai ekonomi karbon untuk pencapaian target kontribusi yang ditetapkan secara nasional dan pengendalian emisi gas rumah kaca dalam pembangunan nasional.

Program ini memiliki tujuan untuk menciptakan kondisi di mana tingkat serapan karbon lebih tinggi daripada tingkat emisi pada tahun 2030. Hal ini akan dicapai melalui tindakan mitigasi untuk mengurangi emisi GRK dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan.

Provinsi Bengkulu sendiri merupakan salah satu wilayah kerja FOLU Net Sink 2030 dengan luas wilayah kerja mencapai 364.167 hektare. Wilayah kerja mitigasi FOLU Net Sink di Bengkulu sebagian besar berada di kawasan hutan dengan fungsi hutan lindung, hutan produksi, dan beberapa area peruntukan lainnya.

Kawasan ini memiliki nilai ekologis yang tinggi karena berfungsi sebagai daerah tangkapan air, hulu sungai, daerah dengan kemiringan terjal dan perbukitan, serta habitat satwa langka seperti harimau sumatera dan gajah sumatera. Keberadaan izin eksploitatif di wilayah-wilayah ini dikhawatirkan dapat mengubah bentang alam, memicu bencana, serta mengancam kelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati.

Genesis Bengkulu berharap pemerintah pusat dan daerah dapat segera mengambil tindakan tegas untuk mengatasi tumpang tindih lahan ini dan memastikan keberhasilan program FOLU Net Sink 2030 di Provinsi Bengkulu.