Sepuluh Dokter CPNS Muara Enim Mengundurkan Diri Akibat Penempatan yang Kurang Ideal

Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, menghadapi tantangan dalam penempatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) formasi dokter tahun 2024. Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) setempat mengumumkan bahwa sepuluh orang dokter yang seharusnya mengisi posisi di rumah sakit dan puskesmas wilayah tersebut telah menyatakan pengunduran diri.

Kepala BKPSDM Muara Enim, Harson Sunardi, menjelaskan bahwa pengunduran diri ini terjadi pada tahap krusial, yaitu saat pengisian daftar riwayat hidup. Ironisnya, para dokter ini sebelumnya telah mencoba peruntungan di formasi daerah lain. Kegagalan di tempat lain membawa mereka ke Muara Enim melalui mekanisme optimalisasi.

Alasan di balik keputusan yang mengejutkan ini beragam. Sebagian besar dari mereka telah terikat dengan program pendidikan spesialisasi yang sedang berjalan. Hal ini menjadi dilema, karena mereka harus memilih antara melanjutkan pendidikan spesialisasi atau mengambil posisi CPNS di Muara Enim. Faktor geografis juga menjadi pertimbangan penting. Jarak yang cukup jauh antara tempat tugas di Muara Enim dengan tempat tinggal sebelumnya menjadi penghalang bagi sebagian dokter.

Berikut adalah faktor-faktor utama yang menyebabkan pengunduran diri:

  • Program Spesialisasi yang Berjalan: Komitmen terhadap pendidikan lanjutan menjadi prioritas.
  • Jarak Tempat Tugas: Pertimbangan logistik dan preferensi kedekatan dengan keluarga.

Dari total 702 CPNS yang dialokasikan untuk Kabupaten Muara Enim tahun 2024, sepuluh formasi dokter kini menjadi lowong. BKPSDM Muara Enim berencana untuk mengajukan kembali permintaan pengisian formasi yang kosong tersebut. Namun, untuk saat ini, fokus utama adalah menyelesaikan proses seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) tahap II.

Pengunduran diri ini menjadi catatan penting bagi pemerintah daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan rekrutmen CPNS, terutama untuk tenaga medis. Evaluasi terhadap preferensi lokasi dan pertimbangan terhadap pendidikan lanjutan perlu menjadi perhatian agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.