Sutradara 'No Other Land' Ungkap Pengalaman Pahit Ditangkap di Tepi Barat
Sutradara film dokumenter "No Other Land", Hamdan Ballal, mengungkapkan pengalaman traumatisnya saat ditangkap oleh otoritas Israel di Tepi Barat. Peristiwa yang terjadi pada bulan Maret 2025 ini, menurutnya, menjadi momen terburuk dalam hidupnya. Kisah pilu ini dibagikan Ballal dalam sebuah tulisan opini yang dipublikasikan di The New York Times.
Ballal menceritakan, kejadian bermula saat dirinya berada di Desa Susiya, Tepi Barat, pada bulan Ramadan. Ia bermaksud mendokumentasikan situasi di desa tersebut setelah menerima informasi mengenai potensi serangan dari pemukim ilegal Israel. Namun, situasi dengan cepat berubah menjadi kacau, mendorongnya untuk kembali ke rumah.
Setibanya di rumah, Ballal melihat seorang pemukim, didampingi dua tentara Israel, mendekat. Ia segera meminta istri dan anak-anaknya untuk masuk dan mengunci pintu rumah. Sayangnya, upaya tersebut tidak cukup untuk menghindarkannya dari kejadian yang lebih buruk.
"Mereka memukuli dan mencaci maki saya, mengejek saya sebagai 'pembuat film pemenang Oscar'," tulis Ballal dalam opininya. Ia menjelaskan bahwa dirinya mengalami kekerasan fisik yang brutal. Pistol ditempelkan ke tulang rusuknya, kepalanya dipukul dari belakang, dan saat terjatuh ke tanah, ia ditendang dan diludahi.
Setelah serangan tersebut, Ballal diborgol, matanya ditutup, dan dibawa ke sebuah pangkalan militer. Di sana, ia dipaksa berbaring di tanah dengan mata tertutup selama berjam-jam sebelum akhirnya dibebaskan pada keesokan harinya.
Ballal mengakui bahwa pengalaman yang dialaminya sangat berat. Namun, ia menekankan bahwa penderitaannya tidak sebanding dengan penderitaan korban lain di wilayah konflik tersebut. Ia berharap, pengalamannya dapat membuka mata dunia terhadap realitas yang dihadapi oleh warga Palestina di Tepi Barat.
Pengalaman traumatis yang dialami Hamdan Ballal ini menambah daftar panjang kisah kekerasan dan penangkapan yang dialami oleh warga Palestina di wilayah pendudukan Israel. Kejadian ini menjadi sorotan tajam terhadap pelanggaran hak asasi manusia dan kondisi kehidupan yang sulit bagi warga Palestina di Tepi Barat.
Beberapa poin penting dari kejadian tersebut:
- Lokasi: Desa Susiya, Tepi Barat
- Waktu: Bulan Maret 2025, saat Ramadan
- Pelaku: Seorang pemukim Israel, didampingi dua tentara Israel
- Tindakan: Kekerasan fisik, penangkapan, penahanan
- Dampak: Trauma, penderitaan fisik dan psikologis