Bandara Singkawang: Transformasi dan Harapan Baru di Bawah Kepemimpinan Tjhai Chui Mie
Kota Singkawang, di bawah kepemimpinan Wali Kota Tjhai Chui Mie, kini menatap masa depan cerah dengan beroperasinya Bandara Singkawang. Pembangunan bandara ini bukan tanpa tantangan, melainkan buah dari kegigihan dan inovasi dalam mencari solusi pendanaan.
Proyek Bandara Singkawang dimulai dengan alokasi dana dari APBN, namun runway yang tersedia hanya mencapai 1.400 meter, tidak memadai untuk melayani rute penerbangan dari dan ke Jakarta. Menyikapi kendala ini, Tjhai Chui Mie mengambil inisiatif untuk menggalang dana Corporate Social Responsibility (CSR). Usaha ini membuahkan hasil dengan terkumpulnya dana sebesar Rp147 miliar, yang kemudian dialokasikan untuk memperpanjang runway sepanjang 600 meter dan membangun terminal seluas 8.000 meter persegi. Kontribusi dari sektor swasta juga tidak berhenti di situ. Astra Internasional, melalui anak perusahaannya, turut andil dalam penyempurnaan fasilitas bandara, termasuk pemasangan CCTV.
Setelah melalui uji coba penerbangan charter pada November 2024, Bandara Singkawang secara resmi membuka layanan penerbangan reguler pada 20 Maret 2025, dengan frekuensi delapan kali seminggu. Bandara ini saat ini mampu menampung satu pesawat Airbus dan satu private jet. Namun, visi Tjhai Chui Mie tidak berhenti di sini. Pemerintah Kota Singkawang telah mengajukan proposal kepada Kementerian Perhubungan untuk memperluas apron, menambah conveyor belt, dan memperbaiki sistem pencahayaan. Dengan peningkatan fasilitas ini, Bandara Singkawang diharapkan mampu menampung dua hingga tiga pesawat Airbus sekaligus, meningkatkan kapasitas dan frekuensi penerbangan.
Keberadaan Bandara Singkawang diharapkan menjadi katalisator bagi pertumbuhan pariwisata di kota tersebut. Tjhai Chui Mie berambisi menjadikan Singkawang sebagai destinasi wisata budaya yang dinamis, dengan menyelenggarakan berbagai festival sepanjang tahun. Selain Festival Imlek Cap Go Meh yang sudah populer, Singkawang akan menggelar festival-festival lain seperti Festival Bakcang, Festival Kue Bulan, dan Gawai Dayak Naik Dango.
Sebagai contoh, Bakcang Run akan diadakan pada 1 Juni 2025. Event ini akan menggabungkan tradisi Tionghoa dengan kegiatan olahraga dan hiburan, seperti lomba membuat bakcang, permainan air, dan pertunjukan musik tradisional. Peserta akan mendapatkan kaus, medali, dan kesempatan untuk menikmati keseruan bermain air di kota Singkawang.
Efek domino dari pariwisata diharapkan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), perhotelan, kuliner, dan transportasi lokal diharapkan akan tumbuh seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan. Hotel, restoran, agen perjalanan, dan bahkan tukang parkir, semuanya diprediksi akan merasakan manfaat langsung dari perkembangan ini.
Tjhai Chui Mie meyakini bahwa keberadaan bandara yang berfungsi dengan baik akan menarik investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi, tidak hanya untuk Singkawang, tetapi juga untuk Pontianak dan daerah sekitarnya. Selain sektor pariwisata, investasi properti juga mulai dilirik. Pemerintah Kota Singkawang tengah mempresentasikan proyek "new city" yang diharapkan akan berkembang menjadi kawasan modern seperti PIK di Jakarta atau BSD di Tangerang. Pengembangan wilayah ini diharapkan memberikan dampak positif yang luas, tidak hanya bagi Singkawang, tetapi juga bagi Pontianak dan daerah sekitarnya. Tjhai Chui Mie menekankan pentingnya sinergi dan kolaborasi antar daerah, bukan persaingan.
Dengan konektivitas udara yang semakin baik, Singkawang tidak hanya menjadi destinasi wisata yang menarik, tetapi juga membuka peluang investasi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar bagi seluruh wilayah.