Jerat Pinjaman Online: Kisah Ibu Rumah Tangga di Surakarta dan Risiko yang Mengintai
Pinjaman Online: Kemudahan Semu yang Membahayakan Ibu Rumah Tangga
Peningkatan penggunaan pinjaman online (pinjol) menawarkan kemudahan akses dana tunai, namun di balik kemudahan tersebut tersembunyi risiko besar, terutama bagi kalangan ibu rumah tangga. Di Surakarta, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Soloraya mencatat peningkatan kasus jeratan pinjol yang dialami oleh para ibu rumah tangga. Fenomena ini digambarkan seperti gunung es, di mana kemudahan dan kecepatan proses pinjaman hanya menjadi kamuflase dari beban bunga yang tinggi dan potensi penyalahgunaan data pribadi.
Made Ridha, perwakilan LBH Soloraya, mengungkapkan bahwa banyak ibu rumah tangga tergiur dengan kemudahan pinjol tanpa menyadari konsekuensi jangka panjangnya. Seringkali, mereka terjebak dalam siklus gali lubang tutup lubang, meminjam dari satu aplikasi untuk membayar pinjaman di aplikasi lain. Praktik ini dilakukan untuk menjaga reputasi kredit dan menghindari keterlambatan pembayaran, namun justru memperburuk kondisi finansial mereka.
Terjebak dalam Pusaran Utang
Kasus-kasus yang ditangani LBH Soloraya menunjukkan bahwa ibu rumah tangga seringkali memulai dengan pinjaman kecil, sekitar Rp 2.000.000, namun kemudian terjerat hingga utang mencapai puluhan juta rupiah. Hal ini disebabkan oleh tenor pinjaman yang singkat dan bunga yang tinggi, yang membuat mereka kesulitan untuk melunasi pinjaman tepat waktu. Akibatnya, mereka terus meminjam dari aplikasi lain untuk menutupi pinjaman sebelumnya, hingga akhirnya terlilit utang yang sangat besar.
"Mereka melakukan pembayaran dari pinjaman dari aplikasi A dia gali lubang ke aplikasi B untuk menutup A. Karena memang tenornya yang pendek membuat dia tidak bisa bernafas. Jebakannya di situ," ujar Made Ridha.
LBH Soloraya mencatat bahwa selama tahun 2025, sebagian besar klien yang meminta bantuan terkait pinjol adalah perempuan. Salah satu kasus yang menonjol adalah seorang ibu rumah tangga yang terlilit utang hingga Rp 70 juta dari 15 aplikasi pinjol. Korban tersebut bahkan tidak menyadari berapa uang yang sebenarnya ia nikmati, karena sebagian besar dana yang dipinjam digunakan untuk membayar bunga dan denda.
Dampak Sosial dan Keluarga
Jeratan pinjol tidak hanya berdampak pada kondisi finansial, tetapi juga berdampak pada kehidupan sosial dan keluarga. Beberapa korban bahkan mengalami keretakan hubungan dengan pasangan mereka. Hal ini disebabkan karena kurangnya komunikasi dan transparansi mengenai masalah keuangan yang dihadapi. Para ibu rumah tangga seringkali mengambil inisiatif untuk meminjam uang tanpa sepengetahuan suami dengan tujuan meringankan beban keluarga, namun justru malah menjerumuskan mereka ke dalam masalah yang lebih besar.
"Rata-rata seperti itu. Ingin memback up, meringankan beban keluarga suami. Akan tetapi mereka melakukan inisiatif yang cenderung malah menjerumuskan. Karena tidak ketransparan dia," jelas Made.
Kasus-kasus ini menjadi peringatan bagi masyarakat, terutama ibu rumah tangga, untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan pinjaman online. Penting untuk memahami risiko dan konsekuensi jangka panjang sebelum memutuskan untuk meminjam uang. Selain itu, komunikasi dan transparansi dengan keluarga juga sangat penting untuk menghindari masalah yang lebih besar.