SMK Harus Gesit Beradaptasi dengan Dinamika Pasar, Kurikulum Jangan Statis!

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memegang peranan krusial dalam mempersiapkan lulusan yang siap terjun ke dunia kerja maupun berwirausaha. Menyadari hal ini, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menekankan pentingnya kurikulum yang adaptif di SMK.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, menyampaikan bahwa kurikulum SMK harus mampu merespons perubahan pasar yang dinamis. Ia menekankan bahwa program keahlian di SMK harus berorientasi pada kebutuhan pasar, sehingga kurikulum yang digunakan harus fleksibel dan terus diperbarui.

"Perubahan pasar harus diimbangi dengan kurikulum yang adaptif," ujar Mu'ti dalam acara Peluncuran Program Gerakan 1.000 Siswa SMK Sales Naik Kelas Tahun 2025.

Kurikulum Adaptif: Kunci Daya Saing SMK

Mu'ti menegaskan bahwa kurikulum di SMK tidak boleh bersifat statis. Perubahan pasar dan disrupsi teknologi digital di bidang pemasaran menuntut adanya kurikulum yang dinamis dan responsif. Kurikulum yang adaptif menjadi kunci untuk memastikan lulusan SMK memiliki kompetensi yang relevan dengan kebutuhan industri.

Program 1.000 Siswa SMK Sales Naik Kelas: Meningkatkan Kompetensi Pemasaran

Untuk menjawab tantangan perubahan pasar, Kemendikdasmen meluncurkan Program Gerakan 1.000 Siswa SMK Sales Naik Kelas Tahun 2025. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan marketing siswa SMK, sehingga mereka dapat bersaing di dunia kerja.

Mu'ti berharap program ini tidak hanya memberikan materi atau teori tentang cara memasarkan produk, tetapi juga membekali siswa dengan pemahaman tentang perubahan perilaku konsumen dan tren pasar. Pemahaman ini akan membantu siswa dalam mengembangkan strategi pemasaran yang efektif.

"Siswa perlu memahami perubahan perilaku masyarakat. Masyarakat saat ini menginginkan kualitas yang lebih baik, sehingga siswa harus mampu meyakinkan konsumen," imbuh Mu'ti.

Mencetak Lulusan SMK yang Kompeten dan Berdaya Saing

Mu'ti berharap program ini dapat memberikan kesempatan bagi siswa SMK untuk memperoleh pendidikan bermutu yang mengantarkan mereka pada pekerjaan dan kesejahteraan ekonomi. Ia juga berharap perubahan kurikulum dapat mengurangi angka pengangguran di kalangan lulusan SMK.

"Kita harus berinovasi dan menunjukkan bahwa kita telah berubah dan memiliki jawaban atas tantangan yang ada," tegas Mu'ti.

Ia menambahkan bahwa program ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik jurusan sales atau marketing, sehingga menghasilkan lulusan yang tidak hanya siap kerja tetapi juga mampu memajukan perusahaan.

Kurikulum Marketing dalam Program Sales Naik Kelas

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi dan PKLK, Tatang Muttaqin, menjelaskan bahwa program ini terdiri dari teori yang dirancang oleh akademisi dan praktik langsung dengan perusahaan. Program ini akan menyasar 1.000 siswa SMK Pemasaran kelas 10 pada tahun 2025. Mereka akan mengikuti program selama 3 tahun dari kelas 10 hingga 12.

Tatang menambahkan bahwa pihaknya akan menerapkan tambahan kurikulum yang menanamkan perilaku sales profesional berdasarkan pendekatan I CAN, yaitu:

  • I - Innovative (Inovatif): Mampu berpikir kreatif dalam strategi penjualan.
  • C - Competitive (Kompetitif dan Berani Mengambil Risiko): Siap menghadapi tantangan di dunia sales.
  • A - Adaptive (Adaptif dan Proaktif): Fleksibel dalam menghadapi perubahan tren pasar.
  • N - Never Give Up (Gigih dan Mandiri dalam Bertindak): Memiliki ketahanan mental dalam menghadapi pelanggan.

"Siswa yang menyelesaikan program akan mendapatkan sertifikat dari perusahaan dan asosiasi industri serta mendapatkan kesempatan untuk PKL (Praktek Kerja Lapangan) hingga rekrutmen bagi yang berprestasi," pungkas Tatang.