Indonesia Mengupayakan Kesetaraan Tarif dengan Negara Asia Lain dalam Negosiasi Perdagangan dengan AS
Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk memperjuangkan kesetaraan tarif bagi produk-produk ekspor unggulannya ke Amerika Serikat (AS). Dalam serangkaian negosiasi yang intensif, delegasi Indonesia secara aktif meminta agar AS memberlakukan tarif yang setara dengan yang dikenakan pada negara-negara Asia lainnya, seperti Vietnam dan Bangladesh. Hal ini bertujuan untuk menciptakan level playing field yang adil dan setara bagi Indonesia dalam perdagangan dengan AS.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan kepada awak media di Kantor Presiden, Jakarta bahwa Presiden Prabowo Subianto telah menerima laporan mengenai hasil negosiasi dengan pemerintah AS terkait tarif timbal balik. Menurut Airlangga, AS memberikan respons positif terhadap poin-poin negosiasi yang diajukan oleh delegasi Indonesia.
"Saya laporkan kepada Bapak Presiden bahwa secara prinsip apa yang ditawarkan Indonesia dalam bentuk surat yang diajukan tanggal 7 dan tanggal 9 (April), mendapatkan apresiasi dari Amerika karena surat yang Indonesia masukkan relatif komprehensif," ungkap Airlangga. Tawaran Indonesia tidak hanya berfokus pada tarif, tetapi juga mencakup isu-isu non-tarif dan rencana untuk menyeimbangkan neraca perdagangan.
Indonesia menawarkan neraca perdagangan AS dengan Indonesia bisa surplus sebesar 19,5 miliar dollar AS, jumlah itu di atas perhitungan rata-rata surplus neraca perdagangan sekitar 19 miliar dollar AS. Selain itu, ada sejumlah komoditas yang akan dibeli Indonesia dari AS.
Guna mendukung negosiasi ini, perusahaan Indonesia, Indorama, berencana untuk melakukan investasi di Louisiana untuk pengembangan blue ammonia. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat hubungan ekonomi antara kedua negara dan menunjukkan komitmen Indonesia terhadap pembangunan berkelanjutan.
"Kita tidak publish ke masyarakat ataupun ke pihak lain. Dan secara geopolitik, tentu Indonesia dianggap penting oleh Amerika," katanya.
Presiden Prabowo Subianto memberikan arahan agar Indonesia terus mengedepankan solusi win-win dalam negosiasi dengan AS, tanpa membeda-bedakan satu negara dengan negara lain. Pendekatan ini mencerminkan komitmen Indonesia untuk menjalin hubungan perdagangan yang adil dan saling menguntungkan dengan semua mitra dagangnya.
Sebelumnya, AS telah mengumumkan kebijakan tarif resiprokal yang berpotensi berdampak pada Indonesia, dengan tarif impor yang naik hingga 32 persen. Meskipun beberapa negara memilih jalur retaliasi, Indonesia memilih untuk menempuh jalur negosiasi. AS kemudian menunda penerapan tarif resiprokal selama 90 hari bagi negara yang tidak melakukan retaliasi, termasuk Indonesia. Namun, tarif dasar universal sebesar 10 persen tetap berlaku.
Upaya negosiasi yang dilakukan Indonesia menunjukkan komitmen pemerintah untuk melindungi kepentingan nasional dan menciptakan iklim perdagangan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi. Dengan pendekatan yang komprehensif dan konstruktif, Indonesia berharap dapat mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan dengan AS dan memperkuat hubungan bilateral di berbagai bidang.