Lombok Tengah Kembangkan Pariwisata Berkelanjutan Melalui Inisiatif 'Lombok Eco Kriya'

Kabupaten Lombok Tengah terus berupaya meningkatkan sektor pariwisata dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan. Salah satu langkah konkret yang diambil adalah melalui inisiatif "Lombok Eco Kriya", sebuah program yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat lokal.

Inisiatif ini diinisiasi oleh GoTo Impact Foundation (GIF) yang bekerja sama dengan para pemangku kepentingan dan masyarakat lokal yang tergabung dalam Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) 3.0. Lombok Eco Kriya berfokus pada tiga strategi utama, yaitu pengelolaan limbah secara inovatif, pelatihan dan lokakarya untuk meningkatkan keterampilan masyarakat, serta perluasan akses pasar bagi produk-produk lokal yang berkelanjutan.

Tiga Pilar Utama Lombok Eco Kriya

Inisiatif ini berfokus pada tiga pilar utama:

  • Pengelolaan Limbah: Mengubah limbah menjadi sumber daya bernilai ekonomi. Limbah plastik diolah menjadi planawood dan decking, sementara limbah non-organik dari sektor pariwisata diubah menjadi suvenir dan peralatan rumah tangga yang unik.
  • Pelatihan dan Lokakarya: Memberikan pelatihan kepada masyarakat, termasuk perajin, tukang kayu, dan penjahit, untuk memproduksi produk-produk kreatif dari limbah. Program ini dilengkapi dengan dukungan peralatan dan pendampingan yang berkelanjutan.
  • Akses Pasar: Membangun kemitraan strategis dengan hotel, restoran, dan pertokoan untuk memperluas jangkauan pasar bagi produk-produk lokal yang ramah lingkungan.

Bupati Lombok Tengah, Pathul Bahri, menyambut baik inisiatif Lombok Eco Kriya dan menyatakan bahwa program ini sejalan dengan visi pemerintah daerah untuk menjadikan Lombok Tengah sebagai pusat inovasi pengelolaan sampah. Ia berharap inisiatif ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi lingkungan, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.

Ketua GoTo Impact Foundation, Monica Oudang, menekankan pentingnya menjadikan masyarakat lokal sebagai aktor utama dalam setiap inovasi. Melalui CCE 3.0, GIF mengedepankan prinsip kreasi bersama, di mana masyarakat lokal terlibat sejak awal proses berinovasi, mulai dari tahap ideasi hingga eksperimentasi.

Joshua Christopher Chandra, perwakilan Konsorsium Lombok Eco Kriya, menjelaskan bahwa program ini menggunakan pendekatan Community-Based Business, yang membekali masyarakat dengan keterampilan yang disesuaikan dengan potensi daerah. Targetnya, 80 peserta pelatihan mampu menciptakan produk bernilai ekonomi, dan jumlah masyarakat yang terlibat dalam aktivitas bisnis meningkat sebesar 25 persen.

Diharapkan, Lombok Eco Kriya dapat menjadi ekosistem pariwisata hijau pertama di Pulau Lombok, dengan melibatkan setidaknya 10 institusi di sektor pariwisata. Monica berharap, Lombok Eco Kriya menjadi ruang kolaborasi, belajar, dan uji coba bagi semua pihak untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan di KEK Mandalika, demi kesejahteraan masyarakat Lombok dan Indonesia.