Era Pasca-Ferguson: Manchester United Terpuruk di Tengah Krisis Multifaceted

Era Pasca-Ferguson: Manchester United Terpuruk di Tengah Krisis Multifaceted

Kepergian Sir Alex Ferguson pada akhir musim 2012/2013 menandai babak baru yang kelam bagi Manchester United. Keberhasilannya membawa The Red Devils meraih gelar juara Premier League di musim perpisahannya kini terasa begitu jauh. Sebelas musim telah berlalu sejak kepergian legenda sepak bola Skotlandia tersebut, namun gelar liga domestik yang prestisius itu masih belum kembali ke Old Trafford. Lebih dari sekadar absennya gelar juara, Manchester United saat ini tengah berjuang keras untuk keluar dari keterpurukan yang nyata, baik di dalam maupun di luar lapangan.

Musim ini menjadi bukti nyata dari krisis yang tengah melanda klub raksasa Inggris tersebut. Posisi mereka yang terdampar di peringkat ke-14 klasemen Liga Inggris dengan raihan 33 poin menjadi gambaran yang cukup memprihatinkan. Kegagalan di kompetisi domestik lainnya, Piala FA dan Piala Liga Inggris, semakin memperparah keadaan. Keikutsertaan di Liga Europa menjadi satu-satunya harapan bagi Manchester United untuk menyelamatkan musim ini, meskipun perjalanan mereka di babak 16 besar menghadapi Real Sociedad masih jauh dari kata mudah, dibuktikan dengan hasil imbang di leg pertama. Situasi ini pun telah mendapat sorotan dari berbagai pihak, termasuk mantan staf pelatih Manchester United sendiri.

Rene Muelensteen, mantan anggota tim kepelatihan Sir Alex Ferguson, dengan gamblang menyatakan kekhawatirannya terhadap kondisi klub. Dalam wawancaranya dengan BBC, Muelensteen tidak hanya menyoroti performa yang buruk di lapangan hijau, tetapi juga menyentuh masalah internal yang lebih kompleks. Menurutnya, Manchester United telah kehilangan identitasnya sejak kepergian Ferguson, dan penurunan prestasi yang dialami bukanlah semata-mata masalah taktik atau pemain. Ia menggambarkan klub tersebut sedang dilanda gejolak yang meluas, menjangkiti berbagai aspek operasional klub, baik di dalam maupun di luar lapangan.

Lebih lanjut, Muelensteen menekankan bahwa krisis yang dialami Manchester United bersifat menyeluruh dan kompleks. Bukan hanya soal hasil pertandingan yang buruk, tetapi juga berbagai permasalahan internal yang belum terselesaikan. Hal ini menunjukan bahwa masalah yang dihadapi Manchester United jauh lebih besar dan lebih dalam daripada sekadar kekalahan di lapangan pertandingan. Perlu adanya evaluasi yang komprehensif dan terencana untuk mengatasi permasalahan struktural yang mendasar ini. Kemampuan Manchester United untuk bangkit dari keterpurukan ini akan menjadi ujian besar bagi manajemen dan seluruh elemen klub dalam menentukan arah masa depan mereka.

Dengan situasi yang begitu pelik, Manchester United harus segera menemukan solusi jitu. Tanpa perubahan yang signifikan dan terarah, mimpi untuk kembali ke puncak sepak bola Inggris akan tetap menjadi angan-angan belaka. Masa depan klub raksasa ini kini berada di ujung tanduk, menanti keputusan dan aksi nyata untuk menyelamatkan kejayaan yang telah lama terkubur.