Eskalasi Konflik: Israel Intensifkan Serangan di Lebanon, Gencatan Senjata Terancam

Ketegangan di perbatasan Israel-Lebanon kembali memanas setelah militer Israel (IDF) mengumumkan telah melancarkan lebih dari 50 serangan terhadap target yang diklaim sebagai milik kelompok militan di wilayah Lebanon selama sebulan terakhir. Eskalasi ini terjadi meskipun kedua belah pihak sebelumnya sepakat untuk melakukan gencatan senjata pada November lalu, yang bertujuan mengakhiri konflik antara Israel dan Hizbullah.

Menurut pernyataan resmi dari IDF, serangan-serangan ini merupakan respons terhadap pelanggaran gencatan senjata yang berulang kali dilakukan, yang dianggap sebagai ancaman bagi keamanan Israel dan warganya. Israel mengklaim bahwa Hizbullah terus menggunakan wilayah Lebanon selatan sebagai basis operasi dan tempat penyimpanan senjata, termasuk rudal presisi tinggi.

Serangan terbaru Israel bahkan menyasar wilayah Beirut selatan, yang diklaim sebagai lokasi penyimpanan senjata Hizbullah. Tindakan ini memicu reaksi keras dari Presiden Lebanon, Joseph Aoun, yang mendesak negara-negara penjamin gencatan senjata, yaitu Prancis dan Amerika Serikat, untuk turun tangan dan menghentikan agresi Israel. Aoun menekankan bahwa serangan-serangan tersebut melanggar kedaulatan Lebanon dan mengancam stabilitas regional.

Sementara itu, pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, mengecam keras serangan Israel, menyebutnya sebagai tindakan agresi politik yang tidak dapat dibenarkan dan bertujuan untuk mengubah aturan main dengan kekerasan. Hizbullah menegaskan bahwa mereka berhak untuk membela diri dan wilayah Lebanon dari serangan Israel.

Sebelumnya, kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi secara internasional mengharuskan Hizbullah untuk menarik pasukannya ke utara Sungai Litani, menjauh dari perbatasan Israel, dan membongkar infrastruktur militernya di wilayah selatan Lebanon. Sebagai imbalannya, Israel seharusnya menarik pasukannya dari sebagian besar wilayah Lebanon selatan, meskipun tetap mempertahankan posisi di beberapa lokasi strategis. Namun, dengan eskalasi serangan Israel baru-baru ini, masa depan gencatan senjata ini menjadi tidak pasti, dan dikhawatirkan akan memicu kembali konflik yang lebih luas.