Indonesia Optimistis Raih Tarif yang Setara dalam Negosiasi dengan Amerika Serikat
Pemerintah Indonesia terus berupaya memperjuangkan tarif yang setara dalam perdagangan dengan Amerika Serikat. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan kepada Presiden Prabowo Subianto mengenai kemajuan signifikan dalam negosiasi tarif timbal balik antara kedua negara.
Dalam pertemuan tersebut, Airlangga mengungkapkan bahwa pihak Amerika Serikat memberikan respons positif terhadap proposal yang diajukan oleh delegasi Indonesia. Proposal tersebut mencakup berbagai aspek, mulai dari tarif hingga hambatan non-tarif, serta upaya untuk menyeimbangkan neraca perdagangan antara kedua negara. Menurut Airlangga, pendekatan yang diambil Indonesia bersifat adil dan komprehensif, mempertimbangkan kepentingan kedua belah pihak.
"Surat yang Indonesia masukkan relatif komprehensif, sehingga mendapatkan apresiasi dari Amerika Serikat," ujar Airlangga.
Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan bahwa Indonesia tidak hanya fokus pada isu tarif, tetapi juga mengangkat masalah hambatan non-tarif dan menawarkan solusi untuk menyeimbangkan neraca perdagangan. Langkah ini diambil untuk menciptakan hubungan dagang yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Delegasi Indonesia telah melakukan serangkaian pertemuan penting dengan pejabat tinggi Amerika Serikat, termasuk US Secretary Commerce Howard Lutnick, US Secretary of Treasury Scott Bessent, dan US Director of National Economic Council Kevin Hassett. Selain itu, delegasi juga berdiskusi dengan Menteri Luar Negeri Australia Don Farrell dan Menteri Perdagangan serta Industri Korea Selatan Ahn-deuk Geun.
Tidak hanya dengan pejabat pemerintah, delegasi Indonesia juga menjalin komunikasi dengan berbagai perusahaan besar di Amerika Serikat, terutama di sektor semikonduktor, seperti Semiconductor Industry Association, United States Asian Business Council, United States Industry Indonesia Society, Asia Group, Amazon, Boeing, Microsoft, dan Google.
Salah satu poin utama yang diperjuangkan Indonesia adalah perlakuan tarif yang setara dengan negara-negara Asia lainnya, seperti Vietnam dan Bangladesh. Airlangga menekankan bahwa kesetaraan tarif akan menciptakan persaingan yang lebih adil bagi produk-produk Indonesia di pasar Amerika Serikat.
"Indonesia meminta agar tarif kita setara dengan negara lain, apakah itu Vietnam, apakah itu Bangladesh, sehingga kita dengan yang lain itu dapat equal level playing field," tegas Airlangga.
Namun, detail spesifik mengenai komoditas yang dinegosiasikan tidak dapat diungkapkan kepada publik karena kedua negara telah menandatangani perjanjian kerahasiaan (non-disclosure agreement). Perjanjian ini mengikat kedua belah pihak untuk menjaga informasi yang dibahas selama negosiasi.
Airlangga meyakinkan bahwa semua tawaran yang diajukan Indonesia bersifat saling menguntungkan dan tidak mendiskriminasi negara manapun. Indonesia juga berkomitmen untuk melakukan deregulasi dan reformasi kebijakan di dalam negeri untuk mendukung upaya peningkatan daya saing.
Guna mempercepat proses negosiasi, Presiden Prabowo Subianto telah menyetujui pembentukan tiga satuan tugas (satgas) yang akan fokus pada:
- Perundingan Perdagangan Investasi dan Keamanan Ekonomi
- Perluasan Kesempatan Kerja dan Mitigasi PHK
- Deregulasi Kebijakan
Selain itu, akan ada satu satgas tambahan yang bertugas untuk meningkatkan iklim investasi dan mempercepat perizinan perusahaan. Airlangga berharap dengan adanya satgas-satgas ini, Indonesia dapat mempercepat perundingan dengan Amerika Serikat dan mencapai kesepakatan yang menguntungkan.
Airlangga juga menegaskan bahwa seluruh proses negosiasi dilakukan secara bilateral, tanpa membahas isu-isu terkait negara lain. Hal ini menanggapi pertanyaan mengenai potensi tekanan dari Amerika Serikat terkait hubungan Indonesia dengan China. Airlangga meyakinkan bahwa negosiasi dengan Amerika Serikat tidak akan mempengaruhi hubungan baik yang telah terjalin dengan China.