Beijing Sanggah Klaim Trump Soal Diskusi Tarif Impor dengan Amerika Serikat

Pemerintah Tiongkok kembali membantah pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengenai adanya perundingan tarif impor antara kedua negara. Penegasan ini muncul di tengah upaya berbagai negara untuk mengatasi dampak tarif impor yang diberlakukan oleh AS.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Guo Jiakun, dalam konferensi pers yang disiarkan oleh CNBC pada hari Selasa (29/4/2025), menyatakan dengan tegas, "Saya ingin mengulangi bahwa Tiongkok dan AS tidak terlibat dalam konsultasi atau negosiasi apa pun terkait tarif."

Selain membantah adanya negosiasi tarif, Guo Jiakun juga menampik klaim Trump tentang komunikasi langsung melalui telepon antara dirinya dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping. Bantahan ini merupakan respons terhadap pernyataan Trump dalam wawancara dengan majalah Time pekan lalu.

"Sejauh yang saya ketahui, tidak ada panggilan telepon antara kedua presiden dalam waktu dekat ini," imbuh Guo.

Posisi Tiongkok tetap konsisten, yaitu mendesak pemerintah AS untuk mencabut kebijakan tarif impor tanpa melalui proses negosiasi. Diketahui bahwa tarif impor yang dikenakan AS terhadap barang-barang Tiongkok mencapai 145%.

Di tengah ketegangan perang dagang yang dipicu oleh kebijakan Trump, terdapat indikasi pelunakan sikap dari Presiden AS tersebut. Dalam beberapa kesempatan, Trump menyatakan keterbukaannya terhadap dialog dengan Tiongkok.

Sejumlah menteri dalam kabinetnya juga mengklaim telah melakukan pembicaraan dengan pihak Tiongkok. Salah satunya adalah Menteri Pertanian AS, Brooke Rollins, yang mengungkapkan,

"Kami berkomunikasi dengan Tiongkok setiap hari. Tim kami di Washington melaporkan bahwa pembicaraan sedang berlangsung mengenai berbagai aspek perdagangan, termasuk barang-barang yang masuk dan keluar. Intinya adalah, Tiongkok lebih membutuhkan kita daripada kita membutuhkan mereka."

Klaim Menteri Pertanian AS ini juga ikut dibantah oleh pemerintah Tiongkok. Beijing bersikukuh bahwa komunikasi yang ada lebih bersifat teknis dan bukan merupakan negosiasi tingkat tinggi terkait tarif. Pemerintah Tiongkok juga menegaskan bahwa mereka siap menghadapi segala kemungkinan, termasuk jika AS tetap memberlakukan tarif impor yang tinggi.