Morotai Kini Miliki Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu Berstandar Internasional
Pulau Morotai, yang terletak strategis di Maluku Utara dan berbatasan langsung dengan Samudra Pasifik, kini memiliki fasilitas perikanan modern yang diharapkan dapat mendongkrak perekonomian lokal dan meningkatkan ekspor hasil laut. Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, secara resmi membuka Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Morotai pada hari Senin, 28 April 2025. Proyek ambisius ini menelan biaya sebesar Rp 115 miliar, yang merupakan hibah dari Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA).
SKPT Morotai bukan sekadar pelabuhan perikanan biasa. Lebih dari itu, ia dirancang sebagai pusat aktivitas perikanan yang terintegrasi, mulai dari penangkapan, pengolahan, hingga pemasaran. Fasilitas ini dilengkapi dengan infrastruktur modern, termasuk:
- Ice flake machine: Mesin pembuat es untuk menjaga kesegaran ikan.
- Kantor administrasi: Pusat pengelolaan dan koordinasi kegiatan perikanan.
- Seawall: Dinding laut untuk melindungi pelabuhan dari gelombang.
- Barak nelayan dan mess pegawai: Akomodasi untuk nelayan dan petugas pelabuhan.
- Gudang logistik: Tempat penyimpanan perlengkapan dan kebutuhan perikanan.
- Integrated cold storage: Gudang pendingin terintegrasi dengan kapasitas 200 ton.
Keberadaan cold storage berkapasitas besar ini menjadi kunci untuk menjaga kualitas ikan, terutama tuna sirip kuning yang menjadi komoditas unggulan Morotai. Dengan kemampuan pendinginan hingga minus 60 derajat Celsius, ikan tuna dapat disimpan dalam kondisi segar dan siap diekspor ke negara-negara seperti Jepang dan Singapura. Data tahun 2024 menunjukkan bahwa produksi tuna sirip kuning di SKPT Morotai mencapai 1.382 ton dengan nilai produksi mencapai Rp 65,83 miliar. Dengan adanya SKPT yang baru, diperkirakan produksi akan meningkat secara signifikan.
Pemerintah menargetkan penambahan jumlah kapal menjadi 175 unit, dengan estimasi produksi mencapai 39.100 ton per tahun. Hal ini diharapkan dapat menyerap tenaga kerja hingga 1.320 orang, memberikan dampak positif bagi masyarakat Morotai. Kepala Perwakilan JICA, Sachiko Tadeka, menyatakan bahwa program ini merupakan dukungan fiskal untuk pengembangan fasilitas pelabuhan perikanan di pulau-pulau terluar. Selain Morotai, JICA juga terlibat dalam pembangunan pelabuhan perikanan dan pasar ikan di enam pulau terluar lainnya.
Tadeka optimis bahwa SKPT Morotai dengan fasilitas rantai dinginnya dapat menghasilkan ikan tuna sirip kuning berkualitas tinggi yang dapat diekspor langsung ke Jepang sebagai sashimi. Hal ini akan memperkuat hubungan strategis antara Jepang dan Indonesia di kawasan Indo-Pasifik. Pembangunan SKPT Morotai diharapkan menjadi model bagi pengembangan sektor perikanan di wilayah-wilayah lain di Indonesia, khususnya di daerah-daerah terpencil dan perbatasan.