Lonjakan Harga Beras di Jepang Picu Gelombang Pembelian dari Korea Selatan

Fenomena unik melanda kawasan Asia Timur, di mana wisatawan Jepang berbondong-bondong membeli beras dalam jumlah besar di Korea Selatan. Didorong oleh tingginya harga beras di dalam negeri, warga Jepang kini menjadikan Negeri Ginseng sebagai destinasi berbelanja kebutuhan pokok. Aksi borong beras ini menjadi sorotan, memicu perbincangan mengenai stabilitas harga pangan dan dampaknya terhadap ekonomi regional.

Sejumlah turis Jepang terlihat memenuhi supermarket di Seoul, menjinjing kantong-kantong beras hingga puluhan kilogram. Alasan di balik fenomena ini adalah disparitas harga yang signifikan antara Jepang dan Korea Selatan. Seorang ibu rumah tangga asal Jepang mengungkapkan bahwa harga 10 kg beras di Jepang mencapai 8.000 yen (sekitar Rp 941 ribu), sementara di Korea Selatan hanya 3.000 yen (Rp 352 ribu) untuk jumlah yang sama. Perbedaan harga yang mencolok ini tentu menjadi insentif besar bagi warga Jepang untuk berbelanja di negara tetangga.

Proses pembelian dan pengiriman beras dari Korea Selatan ke Jepang juga menjadi perhatian. Wisatawan harus melalui prosedur karantina di bandara Incheon untuk mendapatkan sertifikat ekspor tanaman. Meskipun prosesnya relatif mudah, membawa beras dalam jumlah besar menjadi tantangan tersendiri.

Data dari Bandara Incheon menunjukkan peningkatan tajam dalam jumlah sertifikat karantina yang dikeluarkan untuk ekspor beras ke Jepang. Pada bulan Maret, tercatat 119 sertifikat, meningkat 20 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lonjakan ini sejalan dengan kenaikan harga beras di Jepang yang telah berlangsung sejak musim panas tahun lalu.

Kondisi ini diperparah oleh faktor-faktor seperti:

  • Panas ekstrem yang mempengaruhi hasil panen.
  • Peningkatan permintaan dari wisatawan.
  • Aksi panic buying akibat gempa bumi.

Pemerintah Jepang telah berupaya menstabilkan harga beras dengan melepaskan cadangan beras negara, namun upaya ini belum membuahkan hasil yang signifikan. Korea Selatan juga turut berupaya membantu dengan mengekspor 22 ton beras ke Jepang, yang merupakan pengiriman terbesar sejak tahun 1990. Lonjakan harga beras di Jepang mencapai 92,1 persen pada bulan Maret, dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu. Ini merupakan kenaikan terbesar sejak tahun 1971.