Diduga Akibat Program Makan Bergizi Gratis, Kepala Sekolah dan Siswa SD di Karanganyar Alami Keracunan

Kasus dugaan keracunan makanan menimpa Kepala Sekolah SD N 4 Wonorejo, Karanganyar, Jawa Tengah, Darmiyati (56), serta dua orang siswa kelas 2. Insiden ini diduga terjadi setelah mereka mengonsumsi menu dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disajikan pada hari Rabu, 24 April 2025. Gejala yang dialami meliputi mual dan sakit perut.

Menurut penuturan Darmiyati, program MBG telah berjalan di sekolahnya sejak 13 Januari 2025. Selama lebih dari tiga bulan pelaksanaan, baru kali ini terjadi insiden keracunan. Pada hari kejadian, menu yang disajikan terdiri dari nasi, tahu, daging ayam, kecambah, kuah soto, dan susu. Paket makanan untuk 44 siswa dan satu orang penanggung jawab tiba di sekolah sekitar pukul 07:30 WIB.

"Saat MBG datang, karena bapak ibu guru yang bertugas sedang berpuasa, saya yang mencicipi. Saya tidak terlalu curiga. Setelah saya coba, rasanya biasa saja. Hanya saja, dagingnya terasa hambar, tetapi saya tidak bisa memastikan apakah basi atau tidak," ungkap Darmiyati.

Makanan tersebut kemudian dibagikan kepada siswa sekitar pukul 09:30 WIB. Salah seorang siswa mengeluhkan rasa daging yang aneh. Menanggapi keluhan tersebut, Darmiyati menginstruksikan agar daging tersebut tidak dimakan. Tak lama berselang, siswa lain melaporkan bahwa kuah soto terasa asam. Darmiyati kemudian meminta seorang guru untuk mencicipi kuah tersebut.

Pihak sekolah memutuskan untuk melarang siswa kelas 1 hingga 6 untuk mengonsumsi menu MBG, kecuali susu. "Iya, asam. Kemudian saya bergegas menginformasikan kepada kelas atas untuk tidak memakan makanan tersebut. Termasuk punya saya, tidak saya habiskan. Kalau dagingnya agak lengket dan berbau," jelasnya.

Gejala keracunan mulai muncul sekitar pukul 11:00 WIB, ketika dua siswa laki-laki kelas 2 mengeluh sakit perut dan mual. Darmiyati segera melaporkan kejadian ini kepada pengawas sekolah. "Kami langsung mengambil tindakan dengan melaporkan kepada pengawas. Pengawas dari pihak penyedia makanan langsung datang ke sini dan menerjunkan dua orang. Saya sempat bertanya, ternyata daging tersebut dimasak pada pukul 22:00 WIB," bebernya.

Kedua siswa yang mengalami gejala keracunan segera dilarikan ke Puskesmas untuk mendapatkan penanganan medis. Pihak sekolah juga diminta untuk melakukan pemantauan terhadap kondisi siswa selama 2x24 jam. "Anak-anak sudah ditangani dan tidak apa-apa. Kemudian kami bawa ke Puskesmas dan ditangani oleh dokter," imbuhnya.

Darmiyati sendiri baru merasakan gejala keracunan pada Kamis, 27 April 2025, dini hari. Ia mengaku mengalami diare hingga lima kali. "Saat itu kondisi saya sehat-sehat saja, tapi jam 01:00 perut saya mulai sakit, seperti dipelintir. Saya oleskan minyak. Kadang sakit, kadang hilang, saya juga bolak-balik ke kamar mandi sampai subuh sebanyak lima kali. Saya tidak bisa pergi ke masjid," ungkapnya.

Setelah berkonsultasi dengan dokter, Darmiyati didiagnosis mengalami gejala akibat salah makan. "Kata dokter, ini karena salah makan. Saya diberi obat, saya minum, lalu tidur. Saya menunggu sampai jam 8 pagi, jika masih sakit saya tidak masuk kerja. Karena sudah merasa enakan dari jam 6, saya berangkat sekolah," jelasnya.

Sebagai tindak lanjut dari insiden ini, pihak sekolah melakukan penyesuaian terhadap aturan teknis penyajian menu MBG. Darmiyati menjelaskan bahwa menu MBG harus dikonsumsi maksimal satu jam setelah tiba di sekolah, dan pendistribusian makanan disesuaikan dengan jadwal istirahat. "Ada perubahan jadwal, dulu datang jam 07:00 sekarang menjadi jam 10:00 WIB. Makanan yang datang juga masih hangat," pungkasnya.