Dari Kegabutan hingga Raup Keuntungan: Kisah Sukses Puspita Arvina Amalia Putri di Bisnis Kue Kering Lebaran
Dari Kegabutan hingga Raup Keuntungan: Kisah Sukses Puspita Arvina Amalia Putri di Bisnis Kue Kering Lebaran
Di tengah hiruk-pikuk persiapan Lebaran, sebuah dapur rumahan di Sidoarjo menjadi saksi bisu transformasi seorang perempuan muda bernama Puspita Arvina Amalia Putri. Awalnya hanya sekadar mengisi waktu luang, kini ia sukses meraup keuntungan berlipat ganda berkat bisnis kue kering Lebarannya. Aroma harum mentega dan susu memenuhi udara, menandakan kesibukan produksi ratusan toples kue pesanan yang tengah digarap bersama tim kecilnya. Bukan hanya sekedar kue, tetapi sebuah cerita sukses yang bermula dari kegabutan.
Perjalanan Puspita di dunia bisnis kuliner tak dimulai dengan modal besar atau rencana bisnis yang matang. Ia mengaku bisnis ini tercetus dari rasa bosan dan keinginan untuk memanfaatkan waktu lebih produktif. "Jujur, awalnya karena gabut," aku Puspita saat ditemui di kediamannya, Sukodono, Sidoarjo, Jumat (7/3/2025). "Saya berpikir, hanya berselancar di TikTok tanpa menghasilkan sesuatu tentu tidak bermanfaat." Ide membuat kue Lebaran muncul dari seorang teman dan ibunya, yang sebelumnya telah bermitra dengan Puspita dalam bisnis online shop skincare dan camilan. Dari rasa gabut, kini ia mampu memproduksi ratusan toples kue kering Lebaran setiap tahunnya.
Pada tahun pertamanya, 2024, usaha kue kering yang diberi merek "Jajanan Puspita" ini berhasil menjual sekitar 300 toples. Prestasi tersebut menjadi modal berharga untuk meningkatkan target penjualan hingga 500 toples di tahun 2025. Keberhasilan ini tak lepas dari komitmen Puspita pada kualitas produk. "Kue-kue kami dibuat secara homemade, tanpa mesin, dengan bahan-bahan berkualitas," tegasnya. Dua jenis kue kering yang paling laris adalah nastar dan kastengel. Puspita bahkan melakukan inovasi dengan memodifikasi resep tradisional, seperti mengganti isian nastar nanas dengan selai cokelat, untuk menarik minat pasar yang lebih luas.
Keunggulan lainnya terletak pada strategi penetapan harga dan ukuran produk. Puspita memilih ukuran toples 250 gram dengan pertimbangan agar produknya tetap terjangkau berbagai kalangan. "Meskipun ukurannya kecil, kami ingin produk ini bisa dinikmati semua orang, tanpa mengesampingkan kualitas rasa dan harga," ujarnya. Rahasia kelezatan kue Jajanan Puspita terletak pada penggunaan bahan baku berkualitas, seperti butter dan susu bubuk dari dua merek berbeda, yang menghasilkan aroma dan tekstur kue yang lebih renyah.
Sistem pre-order (PO) diadopsi untuk memastikan kesegaran kue. "Sistem PO memastikan kue selalu fresh, berbeda dengan produk pabrik yang biasanya menggunakan bahan pengawet karena proses produksi yang besar dan penyimpanan dalam jumlah banyak," jelas Puspita. Strategi pemasarannya juga terbilang sederhana, mengandalkan media sosial seperti WhatsApp dan Instagram, serta sistem COD (Cash On Delivery) untuk area Sidoarjo dan Surabaya.
Namun, ambisi Puspita tak berhenti sampai di sini. Ia bermimpi mengembangkan usaha ini agar tak hanya ramai di bulan Ramadhan, tetapi dapat berjalan sepanjang tahun. "Ke depannya, saya ingin Jajanan Puspita dapat berkembang pesat, tidak hanya di bulan Ramadhan, dan mampu memasarkan produk melalui berbagai platform seperti TikTok Shop, Shopee, dan Instagram. Semoga suatu hari nanti kami dapat membuka lapangan kerja baru dan memiliki toko fisik sendiri," harapnya. Sebagai penutup, Puspita memberikan pesan inspiratif bagi siapa pun yang ingin memulai usaha: "Jangan takut memulai, karena sesuatu yang belum dimulai tidak akan pernah bisa dimenangkan. Gagal atau sukses adalah bagian dari proses. Yang terpenting adalah minat, kemauan, dan niat yang kuat. Insya Allah, jalan akan terbuka, termasuk untuk mendapatkan modal."