Persaingan Global Mengamankan Pasokan Logam Tanah Jarang: Analisis 10 Negara Produsen Teratas

Persaingan Global Mengamankan Pasokan Logam Tanah Jarang: Analisis 10 Negara Produsen Teratas

Permintaan global akan logam tanah jarang terus meningkat tajam, didorong oleh ekspansi pesat industri kendaraan listrik (EV), pengembangan energi baru terbarukan (EBT), dan produksi chip kecerdasan buatan (AI). Hal ini memicu persaingan ketat antar negara untuk mengamankan rantai pasokan logam tanah jarang, baik melalui peningkatan produksi domestik maupun diversifikasi sumber impor.

Menurut data terbaru, produksi logam tanah jarang global pada tahun 2024 mencapai 390.000 metrik ton, meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan 132.000 metrik ton pada tahun 2017. Lonjakan permintaan ini mencerminkan peran strategis logam tanah jarang dalam berbagai sektor industri.

Berikut adalah daftar 10 negara produsen logam tanah jarang terbesar di dunia:

  • China: Memimpin produksi global dengan perkiraan 270.000 metrik ton pada tahun 2024, meningkat dari 255.000 metrik ton pada tahun sebelumnya. China fokus pada produksi logam tanah jarang ringan seperti neodimium dan praseodimium, yang banyak digunakan dalam pembuatan magnet berkekuatan tinggi. Industri ini dikendalikan oleh perusahaan tambang milik negara, memberikan China kendali penuh atas produksi.
  • Amerika Serikat: Menempati peringkat kedua dengan produksi 45.000 metrik ton pada tahun 2024, meningkat dari 41.600 metrik ton pada tahun 2023. Sebagian besar pasokan berasal dari tambang Mountain Pass di California, yang dimiliki oleh MP Materials. AS juga merupakan importir utama bahan tanah jarang global, dengan nilai impor diperkirakan mencapai US$ 170 juta pada tahun 2024.
  • Myanmar: Memproduksi sekitar 31.000 metrik ton tanah jarang pada tahun 2024, menurun dari 43.000 metrik ton pada tahun sebelumnya akibat penghentian sementara produksi setelah kudeta militer pada tahun 2021. Industri ini dirundung kontroversi karena penambangan ilegal oleh penambang skala kecil dan keterkaitan dengan kelompok milisi bersenjata. Praktik penambangan yang merusak lingkungan juga menjadi perhatian utama.
  • Australia: Produksi mencapai 13.000 metrik ton pada tahun 2024, turun dari 16.000 metrik ton pada tahun sebelumnya. Meskipun memiliki cadangan tanah jarang terbesar keempat di dunia, Australia berupaya meningkatkan produksinya melalui dukungan pemerintah dan investasi dalam proyek-proyek pengembangan sumber daya.
  • Nigeria: Mencatatkan lonjakan produksi yang signifikan, mencapai 13.000 metrik ton pada tahun 2024 atau naik lebih dari 80% dibandingkan tahun sebelumnya. Nigeria adalah pendatang baru dalam daftar produsen utama tanah jarang, dan industri pertambangannya masih dalam tahap awal pengembangan.
  • Thailand: Produksi mencapai 13.000 metrik ton pada tahun 2024, meningkat pesat dari 1.000 metrik ton pada tahun 2018. Thailand merupakan sumber utama impor tanah jarang bagi China, dan menjadi lokasi fasilitas manufaktur EV oleh raksasa kendaraan listrik China, BYD.
  • India: Produksi mencapai 2.900 metrik ton pada tahun 2024, tidak mengalami perubahan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Produksi India masih jauh di bawah potensinya, mengingat negara tersebut memiliki hampir 35% dari total deposit mineral pasir pantai dunia yang merupakan sumber tanah jarang yang cukup signifikan.
  • Rusia: Memproduksi 2.600 metrik ton tanah jarang pada tahun 2024, hampir sama dengan angka selama enam tahun sebelumnya. Rusia berupaya meningkatkan pangsa dalam produksi tanah jarang global menjadi 10% pada tahun 2030 melalui pengurangan pajak pertambangan dan pinjaman diskon kepada investor.
  • Madagaskar: Produksi diperkirakan mencapai 2.000 metrik ton pada tahun 2024, sedikit turun dari tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya protes dan penentangan terhadap penambangan tanah jarang dari para petani lokal. Namun, kawasan Semenanjung Ampasindava memiliki potensi besar sebagai salah satu endapan tanah jarang terbesar di luar China.
  • Vietnam: Produksi mencapai 300 metrik ton pada tahun 2024, setara dengan produksi pada tahun sebelumnya. Vietnam memiliki cadangan tanah jarang terbesar keenam di dunia dan berupaya meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan rantai pasok domestik, khususnya dalam pengembangan fasilitas energi bersih.

Persaingan global untuk mengamankan pasokan logam tanah jarang diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan meningkatnya permintaan dari berbagai sektor industri. Negara-negara produsen utama terus berupaya meningkatkan produksi dan mengembangkan teknologi pengolahan yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Faktor geopolitik dan regulasi juga akan memainkan peran penting dalam membentuk dinamika pasar logam tanah jarang global.