Lontong Tuyuhan Rembang: Kelezatan Tersembunyi dalam Sepotong Sejarah
Desa Tuyuhan di Rembang, Jawa Tengah, menyimpan kekayaan kuliner yang tak ternilai harganya: Lontong Tuyuhan. Hidangan ini bukan sekadar lontong biasa, melainkan perpaduan cita rasa yang kaya akan rempah dan sejarah.
Lontong Tuyuhan sekilas mirip dengan lontong opor, namun memiliki karakteristik unik yang membedakannya. Kuahnya yang gurih dan kental diperoleh dari penggunaan berbagai macam rempah tradisional, menciptakan aroma dan rasa yang menggugah selera. Kuliner ini banyak dijajakan di Sentra Kuliner Lontong Tuyuhan.
Salah satu penjaja Lontong Tuyuhan yang telah puluhan tahun setia melayani pelanggan adalah Kartawi. Ia memulai usahanya sejak tahun 1981 dengan berkeliling menjajakan dagangannya. Kini, ia mangkal di Sentra Kuliner Lontong Tuyuhan, meneruskan tradisi kuliner yang telah menjadi bagian dari hidupnya.
"Dulu saya jualan keliling, bawa pikulan. Mulai jualan sore," kenang Kartawi, menceritakan awal mula ia menekuni usaha ini.
Keunikan Lontong Tuyuhan tidak hanya terletak pada kuahnya yang kaya rempah, tetapi juga pada bentuk lontongnya yang segitiga. Bentuk ini bukan tanpa makna. Menurut cerita turun-temurun, bentuk segitiga ini berkaitan erat dengan sejarah Desa Tuyuhan, tokoh Blacak Ngilo, dan Sunan Bonang.
"Kata orang tua dulu, bentuk segitiga itu ada maknanya. Ini erat kaitannya dengan sejarah Tuyuhan, dengan Blacak Ngilo dan Sunan Bonang," jelas Kartawi.
Dengan harga yang terjangkau, sekitar Rp 17.000 per porsi, Lontong Tuyuhan buatan Kartawi selalu laris manis. Setiap hari, ia mampu menghabiskan hingga sembilan ekor ayam kampung dan sepuluh kilogram beras, menghasilkan lebih dari seratus porsi lontong.
"Omzet sehari rata-rata Rp 1,5 sampai Rp 1,6 juta. Tapi itu kotor," ungkapnya.
Di sekitar Kartawi, terdapat belasan pedagang lain yang juga menjajakan Lontong Tuyuhan. Mereka membentuk sebuah komunitas kuliner yang hangat dan saling mendukung.
Ulil Albab, salah seorang penikmat Lontong Tuyuhan, mengakui keunikan cita rasa kuliner ini. Baginya, Lontong Tuyuhan memiliki ciri khas yang sulit ditemukan pada hidangan lain.
"Lontongnya bentuk segitiga, dimakan dengan kuah santan seperti opor ayam. Rasanya gurih sedap. Perpaduan bumbu rempah dan kuah santannya terasa sekali. Nikmat, harganya juga bersahabat," ujarnya.
Salah satu perbedaan mencolok antara Lontong Tuyuhan dengan opor ayam biasa adalah rasa pedasnya yang khas. Rasa pedas ini berasal dari campuran rempah-rempah seperti daun salam, daun jeruk, serai, lengkuas, bawang merah, bawang putih, dan cabai merah.
Bentuk lontong yang segitiga juga memiliki fungsi praktis. Konon, bentuk ini membantu mengeluarkan sisa air saat pengukusan, sehingga tekstur lontong menjadi lebih kenyal dan tahan lama.
Lontong Tuyuhan bukan sekadar hidangan lezat, melainkan juga warisan budaya yang patut dilestarikan. Keberadaannya menjadi daya tarik tersendiri bagi Desa Tuyuhan, Rembang, dan menjadi saksi bisu perjalanan sejarah yang panjang.