Indonesia tengah berupaya keras untuk meningkatkan daya tarik investasi asing, terutama di tengah persaingan ketat dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu, mengungkapkan bahwa Indonesia belum berhasil mengoptimalkan potensi investasi yang masuk ke kawasan ini.

Pada tahun 2024, dari total investasi sebesar 240 miliar Dolar AS yang mengalir ke Asia Tenggara, Vietnam berhasil menarik investasi sebesar 156 miliar Dolar AS. Sementara itu, Indonesia hanya mampu meraih 39 miliar Dolar AS.

Todotua Pasaribu mengatakan investasi memegang peranan krusial dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Vietnam sebagai contoh dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 7,04% berkat derasnya investasi. Indonesia sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8% dalam lima tahun mendatang. Untuk mencapai target ini, sektor investasi diharapkan dapat menyumbang hingga Rp 13.032 triliun selama periode pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Namun, Indonesia memiliki potensi besar untuk menarik investor, terutama karena kekayaan sumber daya alam mineral yang melimpah. Negara ini memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, serta bauksit, timah, tembaga, emas, dan berbagai mineral berharga lainnya. Pemerintah berencana untuk fokus pada pengembangan hilirisasi di berbagai sektor strategis, yang diharapkan dapat menarik investasi hingga 618 miliar Dolar AS.

Hilirisasi akan mencakup berbagai sektor, termasuk:

• Komoditas mineral
• Batu bara
• Minyak dan gas
• Perkebunan
• Agrikultur
• Perikanan

Pemerintah telah menyusun roadmap hilirisasi untuk sektor-sektor ini dan memperkirakan potensi investasi yang signifikan.

Dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya alam dan fokus pada hilirisasi, Indonesia berupaya untuk meningkatkan daya saingnya dan menarik lebih banyak investasi asing di masa depan. Hal ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan mencapai target yang telah ditetapkan.