Investasi Hilirisasi Melonjak Tajam, Tembus Rp 136 Triliun di Kuartal I 2025

Sektor hilirisasi Indonesia menunjukkan performa yang impresif di awal tahun 2025. Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi pada sektor ini mencapai Rp 136,3 triliun pada triwulan pertama. Angka ini mencerminkan pertumbuhan yang signifikan, yaitu sebesar 79,82% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Perkasa Roeslani, mengungkapkan bahwa hilirisasi merupakan program prioritas pemerintah. Kenaikan investasi ini tidak hanya terlihat secara tahunan (YoY), tetapi juga menunjukkan peningkatan sebesar 1,04% dibandingkan kuartal sebelumnya (QoQ), dari Rp 134,9 triliun. Rosan menyampaikan apresiasinya atas peningkatan yang sangat signifikan ini dan optimis bahwa potensi investasi di sektor hilirisasi masih sangat besar.

Kontribusi sektor hilirisasi terhadap total investasi juga mengalami peningkatan. Dari total realisasi investasi sebesar Rp 465,2 triliun, sektor hilirisasi menyumbang 29,3%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tren tiga tahun terakhir yang berkisar antara 23-24%.

Sektor mineral mendominasi investasi hilirisasi dengan nilai mencapai Rp 97,6 triliun. Nikel menjadi komoditas unggulan dengan kontribusi sebesar Rp 47,82 triliun, diikuti oleh tembaga (Rp 17,7 triliun), bauksit (Rp 12,84 triliun), besi baja (Rp 12,01 triliun), dan timah (Rp 1,53 triliun). Komoditas lainnya menyumbang Rp 5,7 triliun.

Sektor perkebunan dan kehutanan juga memberikan kontribusi yang signifikan, mencapai Rp 31,12 triliun. Kelapa sawit menjadi komoditas utama dengan nilai Rp 15,26 triliun, diikuti oleh kayu log (Rp 11,79 triliun) dan karet (Rp 3,08 triliun). Komoditas lainnya menyumbang Rp 990 miliar.

Sektor minyak dan gas bumi (migas) mencatatkan kontribusi sebesar Rp 6,55 triliun, dengan rincian minyak bumi sebesar Rp 3,13 triliun dan gas bumi sebesar Rp 3,42 triliun. Sektor perikanan dan kelautan menyumbang Rp 1,03 triliun.

Rosan memperkirakan bahwa peningkatan kontribusi hilirisasi ini didorong oleh investasi yang terkonsentrasi pada nikel dan produk turunannya. Meskipun nikel masih akan menjadi komoditas yang menjanjikan, Rosan juga meyakini bahwa komoditas lain seperti tembaga dan bauksit akan mengalami pertumbuhan yang serupa.

Secara khusus, pemerintah menyoroti potensi pengembangan hilirisasi bauksit yang selama ini belum berkembang pesat. Rosan optimis bahwa bauksit akan menjadi salah satu komoditas dengan pertumbuhan hilirisasi yang signifikan di masa depan. Pemerintah juga berupaya mendorong pengembangan produk turunan kelapa sawit untuk meningkatkan nilai tambah dan menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak.