Prioritaskan Cadangan Nasional, Indonesia Tunda Rencana Ekspor Beras
Pemerintah Indonesia saat ini memprioritaskan penguatan cadangan beras nasional (CBN) dan belum berencana untuk melakukan ekspor. Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menjelaskan bahwa fokus utama adalah memastikan ketersediaan stok beras yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengantisipasi situasi darurat.
Menurut Arief, CBN berfungsi sebagai bantalan penting dalam menjaga stabilitas harga dan pasokan beras di pasar domestik. Dengan cadangan yang memadai, pemerintah dapat melakukan intervensi jika terjadi fluktuasi harga atau gangguan pasokan akibat faktor-faktor seperti perubahan iklim atau bencana alam. "Kebutuhan kita 30,5 juta ton beras, Insyaallah tercukupi," ujarnya, seraya menambahkan bahwa dengan panen yang normal, stok beras diperkirakan cukup hingga tahun 2027.
Menanggapi pernyataan Presiden Prabowo Subianto terkait potensi ekspor beras, Arief menjelaskan bahwa Presiden memiliki kepedulian yang tinggi terhadap masalah kemanusiaan. Presiden Prabowo ingin membantu negara-negara tetangga yang mungkin mengalami kekurangan pasokan beras. Namun, Arief menekankan bahwa pertimbangan utama tetaplah pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
Arief mengakui bahwa Indonesia memiliki potensi untuk melakukan ekspor beras, tetapi keputusan tersebut harus diambil dengan perhitungan yang cermat. Ia mencatat bahwa cadangan beras Indonesia saat ini berada di atas 3 juta ton, yang merupakan jumlah yang cukup signifikan. Akan tetapi, ia mengingatkan bahwa produksi beras tidak selalu mengalami peningkatan sepanjang tahun. Cadangan beras yang ada akan sangat dibutuhkan saat produksi mengalami penurunan.
"Catatan kita ada masuk 1,4 juta ton, tambah 2 juta ton, kurangi 200 ribu ton, kan sudah ada di atas 3 juta ton, sebenarnya cukup," jelasnya. Ia mengibaratkan pengelolaan cadangan beras dengan prinsip cup and fill dalam konstruksi, di mana cadangan yang ada dipersiapkan untuk menghadapi kemungkinan kekurangan di masa depan.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan bahwa ia mengizinkan pengiriman atau ekspor beras ke negara lain atas dasar kemanusiaan. Ia bahkan menekankan agar keuntungan yang diambil tidak terlalu besar, cukup untuk menutupi biaya produksi dan distribusi. "Saya izinkan dan saya perintahkan, kirim beras ke mereka, dan kalau perlu, sekarang. Ini atas dasar kemanusiaan. Kita jangan terlalu cari untung besar, yang penting ongkos produksi, plus angkutan, plus administrasi kembali," kata Prabowo.
Presiden Prabowo mengungkapkan bahwa beberapa negara telah mendekati Indonesia untuk meminta pasokan beras. Namun, ia tidak menyebutkan secara spesifik negara mana saja yang telah mengajukan permintaan tersebut. Ia hanya menyatakan bahwa permintaan tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa produksi beras Indonesia saat ini sudah mencukupi.
Dengan demikian, meskipun terdapat potensi untuk melakukan ekspor beras, pemerintah Indonesia tetap berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dalam negeri serta penguatan cadangan beras nasional.