SNPMB Ungkap Kecurangan UTBK 2025: Diduga Libatkan Joki, Fakultas Kedokteran Jadi Incaran

Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) baru-baru ini mengungkap adanya indikasi kecurangan yang terjadi selama pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) tahun 2025. Temuan ini mencuat setelah evaluasi terhadap sesi 1 hingga sesi 12 UTBK yang telah berlangsung.

Pelaksanaan UTBK SNBT 2025, yang tahun ini diadakan dalam satu gelombang dari tanggal 23 April hingga 5 Mei, rupanya diwarnai oleh praktik-praktik tidak terpuji. Di tengah persaingan yang semakin ketat untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit, beberapa calon mahasiswa diduga memilih jalan pintas dengan menggunakan jasa joki.

Menurut keterangan resmi dari SNPMB, teridentifikasi sekitar 20 peserta UTBK yang disinyalir melakukan kecurangan dengan melibatkan sekitar 10 joki. Fakta yang menarik sekaligus mengkhawatirkan adalah, mayoritas peserta yang terindikasi curang tersebut menargetkan Fakultas Kedokteran sebagai pilihan studi mereka. Hal ini diungkapkan langsung oleh Ketua Umum Tim Penanggung Jawab SNPMB, Eduart Wolok, dalam sebuah konferensi pers yang diadakan di Jakarta.

"Yang menarik dan yang bermasalah ini, mayoritas pilihan prodi adalah Fakultas Kedokteran," ujar Eduart, menyoroti fenomena yang mencoreng integritas proses seleksi.

Modus operandi yang terungkap menunjukkan bahwa para peserta yang menggunakan jasa joki harus membayar sejumlah uang operasional di awal. Jika berhasil lulus UTBK, mereka diwajibkan membayar biaya tambahan yang lebih besar kepada para joki. Sebaliknya, jika gagal, uang operasional yang telah dibayarkan akan hangus.

Menanggapi temuan ini, Eduart Wolok menyampaikan imbauan kepada seluruh peserta UTBK dan orang tua untuk menjauhi segala bentuk kecurangan. Ia menekankan bahwa SNPMB seharusnya fokus pada penyediaan soal-soal berkualitas dan proses seleksi yang adil, bukan disibukkan dengan penanganan kasus-kasus kecurangan seperti ini. Eduart juga menyoroti bahwa praktik perjokian hanya akan marak jika ada permintaan dari peserta dan orang tua.

"Kami itu ingin konsentrasi memberikan soal yang baik, memberikan proses seleksi yang baik, bukan harus berhadapan dengan proses kecurangan seperti ini. Idealnya kan kecurangan seperti ini tidak ada. Kalaupun kecurangan seperti ini ada, berarti kan ada, istilahnya apa ya? Ada, ada pasarnya," jelas Eduart.

Ia menambahkan, "Andaikan saja peserta dan orang tua tidak menggunakan layanan dan cara seperti ini, pasti tidak akan laku. Ini yang perlu digaris bawahi."

Kasus ini menjadi perhatian serius bagi SNPMB dan diharapkan dapat menjadi pelajaran bagi seluruh calon mahasiswa dan orang tua agar mengedepankan kejujuran dan integritas dalam mengikuti proses seleksi masuk PTN.