Dedi Mulyadi Jamin Pendidikan di Barak Militer Fokus Disiplin, Bukan Perang
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memberikan klarifikasi terkait program pendidikan karakter yang melibatkan pengiriman siswa bermasalah ke barak militer. Ia menegaskan bahwa program ini sama sekali tidak bertujuan untuk melatih siswa dalam keterampilan berperang atau kegiatan militer sejenisnya. Fokus utama dari program ini adalah pembentukan karakter, peningkatan kedisiplinan, serta perbaikan kesehatan fisik dan mental para siswa.
Menurut Dedi Mulyadi, lingkungan barak militer akan diterapkan sebagai sarana untuk menanamkan kebiasaan positif yang mungkin sulit diterapkan di lingkungan rumah. Kegiatan sehari-hari di barak akan diatur sedemikian rupa, mulai dari jam tidur dan bangun yang teratur, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, hingga kegiatan belajar mengajar (KBM) yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah.
Berikut adalah contoh kegiatan yang akan diterapkan:
- Jam Tidur dan Bangun: Siswa diwajibkan tidur pukul 20.00 dan bangun pukul 04.00.
- Kebersihan Diri dan Lingkungan: Mandi setelah bangun tidur, merapikan tempat tidur, dan membersihkan lingkungan sekitar.
- Sarapan Pagi: Siswa wajib sarapan sebelum berangkat ke sekolah.
- Kegiatan Belajar Mengajar (KBM): Siswa tetap mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasa di sekolah.
- Kegiatan Sore: Olahraga seperti sepak bola, voli, latihan baris-berbaris, push-up, dan sit-up. Bagi siswa Muslim, akan diadakan kegiatan puasa pada hari Senin dan Kamis, serta belajar mengaji setelah Maghrib.
Dedi Mulyadi menekankan bahwa program ini bertujuan untuk memberikan pembinaan yang komprehensif, yang mungkin tidak didapatkan siswa dalam kehidupan sehari-hari di rumah. Ia juga memastikan bahwa status siswa sebagai pelajar dari sekolah asal mereka tidak akan hilang. Proses pengiriman siswa ke barak militer akan dilakukan dengan melibatkan orang tua, yang akan menandatangani surat pernyataan persetujuan.
Program pendidikan karakter ini rencananya akan dimulai pada 2 Mei 2025, di beberapa wilayah di Jawa Barat yang dianggap rawan. Pemerintah Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan TNI dan Polri dalam menyiapkan sekitar 30 hingga 40 barak khusus. Pemilihan siswa yang akan mengikuti program ini dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pihak sekolah dan orang tua, dengan prioritas pada siswa yang sulit dibina atau terindikasi terlibat dalam pergaulan bebas atau tindakan kriminal. Program pembinaan ini akan berlangsung selama enam bulan untuk setiap siswa.