Menko PMK Soroti Pentingnya Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pendidikan Era Kecerdasan Buatan

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, menyerukan penguatan fundamental critical thinking, kemampuan numerasi, dan logika dalam sistem pendidikan Indonesia. Hal ini dianggap krusial untuk membekali generasi muda dalam menghadapi era kecerdasan buatan (AI) yang terus berkembang pesat.

Pernyataan tersebut disampaikan usai Rapat Tingkat Menteri (RTM) yang membahas kesiapan sumber daya manusia (SDM) unggul dalam menghadapi perkembangan AI. Pratikno menekankan bahwa perkembangan AI tidak boleh hanya dilihat sebagai sebuah kemajuan teknologi semata, melainkan juga sebagai tantangan yang memerlukan respons strategis dari sektor pendidikan.

"Pendidikan kita harus memberikan fondasi critical thinking yang kuat, numerasi, logika, dan lain-lain itu mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan menengah," tegas Pratikno. Ia mengingatkan bahwa AI bukanlah instrumen yang sepenuhnya netral dan dapat dipengaruhi oleh bias atau kepentingan tertentu. Oleh karena itu, kemampuan untuk berpikir kritis dan analitis menjadi sangat penting agar masyarakat tidak hanya menjadi konsumen pasif teknologi AI, tetapi juga mampu memanfaatkannya secara bijak dan bertanggung jawab.

Lebih lanjut, Menko PMK menekankan perlunya Indonesia untuk tidak hanya menjadi pengguna (user) AI, tetapi juga pengembang (developer) dan wirausahawan (preneur) di bidang AI. Hal ini memerlukan investasi yang signifikan dalam pendidikan dan pelatihan SDM, serta penciptaan ekosistem yang kondusif bagi inovasi dan kewirausahaan di bidang AI.

Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah telah mengambil beberapa langkah konkret. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah merancang kurikulum yang mengintegrasikan dasar-dasar logika dan numerasi sejak pendidikan usia dini. Kurikulum ini bertujuan untuk membangun kemampuan dasar yang kuat bagi siswa agar dapat memahami dan memanfaatkan AI di masa depan.

Selain itu, pemerintah juga mendorong sinergi antara perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan sektor industri untuk menghasilkan talenta-talenta unggul di bidang AI. Program beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) juga telah memberikan dukungan finansial kepada mahasiswa yang mengambil studi terkait AI, baik di dalam maupun di luar negeri. Langkah ini diharapkan dapat mempercepat pengembangan SDM yang kompeten di bidang AI.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) juga berperan aktif dalam membangun ekosistem AI yang aman, adaptif, dan inklusif. Kominfo sedang merancang sejumlah regulasi dan strategi nasional untuk mendukung pengembangan AI, sekaligus menjadikan Indonesia sebagai pusat perhatian bagi talenta AI global. Regulasi ini mencakup aspek-aspek seperti etika AI, keamanan data, dan perlindungan konsumen. Selain itu, Kominfo juga berupaya untuk menciptakan iklim investasi yang menarik bagi perusahaan-perusahaan AI, baik dari dalam maupun luar negeri.

Berikut adalah poin-poin yang diupayakan pemerintah :

  • Penguatan Critical Thinking: Menekankan pentingnya critical thinking, logika, dan kemampuan numerasi sejak pendidikan dasar.
  • Pengembangan SDM Unggul: Mendorong Indonesia untuk menjadi pengembang (developer) dan wirausahawan (preneur) AI, bukan hanya pengguna (user).
  • Kurikulum Pendidikan: Kemendikbudristek merancang kurikulum yang memasukkan dasar-dasar logika dan numerasi sejak dini.
  • Sinergi dan Kolaborasi: Mendorong kerja sama antara perguruan tinggi, lembaga riset, dan industri.
  • Dukungan Finansial: LPDP memberikan beasiswa untuk studi terkait AI.
  • Regulasi dan Strategi Nasional: Kominfo merancang regulasi dan strategi nasional untuk ekosistem AI yang aman dan inklusif.
  • Magnet Talenta Global: Berupaya menjadikan Indonesia sebagai pusat perhatian bagi talenta AI global.

Dengan langkah-langkah strategis ini, pemerintah berharap Indonesia dapat memanfaatkan potensi AI secara optimal untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan daya saing bangsa di era global.